Jadi gini, waktu itu minting lagi on skype nah ada directioner yang saranin mimin untuk buat buku. Setelah sidang isbat dengan para admin (?) akhirnya kita mutusin untuk buat buku.
Bukunya tentang apa? Isinya tentang fanfict. semua fanfict.
Jadi buat kalian yang suka nulis fanfict nih ada kesempatan buat kalian.
Syaratnya:
1. Words untuk fanfic itu 5.000-10.000 words. bisa diliat di ms.word di bagian bawah.
2. Tulisan pake times new roman, ukuran tulisan 12, spasi double atau 2.
3. pake bahasa indonesia yang baik dan benar
4. jangan pake lo gue.
5. kirim ke fanficNHI@gmail.com dengan subject project fanfic.
6. Di fanfic kalian sebelumnya sertakan identitas kalian.
7. Ini itu oneshot jadi sekali tamat atau cerpen gitu.
8. Tentu aja ini tentang the boys pacar kita. jadi bebas mau siapa mau kelimanya jg boleh.
9. batas pengiriman itu sampai tanggal 28 oktober 2012.
TEMA FANFICTNYA: FREESTYLE. jadi bebas terserah kalian dan jangan kirim fanfic yang sudah pernah dipost sebelumnya
Segitu dulu deh. kalo mau bertanya silahkan.
Contac : @NiallHoranID , @anggranov ,
Niall Horan Indonesia
Kamis, 27 September 2012
Senin, 27 Agustus 2012
NiallHoranID ♡ ♡
I wanna tell you about us @NiallHoranID :))
NiallHoranID di bentuk pada tanggal 12 Agustus 2010 , kita baru ngerayain #2yearsAnnivNHI ♡ ♡
dulu admin disini ada 9, terus 2 orang ngilang karna jarang on (i shouldn't tell you who they are :' )
Tapiiii, beberapa hari yang lalu kita baru aja selese "seleksi" untuk admin baru, dan sekarang admin NHI ada 10 (Ninda, Amirah, Jessi, Kahyla, Novi, Shafa, Illona, Andya, Kelvin, Jasmin)
thankyou so much buat support kalian selama ini (ɔ˘з˘(˘⌣˘c)
sekarang followers kita udah lebih dari 5k (˘ʃƪ˘)
Thankyou so much guyss. ~without you we're nothing (^⌣^)♉
NiallHoranID di bentuk pada tanggal 12 Agustus 2010 , kita baru ngerayain #2yearsAnnivNHI ♡ ♡
dulu admin disini ada 9, terus 2 orang ngilang karna jarang on (i shouldn't tell you who they are :' )
Tapiiii, beberapa hari yang lalu kita baru aja selese "seleksi" untuk admin baru, dan sekarang admin NHI ada 10 (Ninda, Amirah, Jessi, Kahyla, Novi, Shafa, Illona, Andya, Kelvin, Jasmin)
thankyou so much buat support kalian selama ini (ɔ˘з˘(˘⌣˘c)
sekarang followers kita udah lebih dari 5k (˘ʃƪ˘)
Thankyou so much guyss. ~without you we're nothing (^⌣^)♉
Minggu, 29 Juli 2012
Brisbane (A One Direction Love Story) Pt. 2
1DLS – BRISBANE – By @lovalolly
_________________________
Author:
Kali ini gue berjanji bahasa nya yang konsisten! :’) no
campur aduk language keh okeh mwah:*
________________________
Gue masuk ke dalam mobil. Hening….. Kyle ngeliatin gue
terus… gue mulai geer.
“What?” Tanya gue sambil ngakat bahu
“nothing.. you just… you just-”
“what?”
“you look more beautiful than the pics you sent to me ;)”
“aww stop it youuu (<-- bayangkan meme nya, tau kan?:3)
don’t flirt to me;P”
“I didn’t flirt to you-_- I just told you the truth :P”
“ah ok thanks then :)” im blushing af udah kayak tomat busuk
“np :P”
Lalu awkward silence.
Kyle mulai menyetir
“So where we goin’?” tanyaku
“somewhere around here”
“where?”
“secret :P”
Kyle menyetir ke suatu tempat. Dia mengajakku ke sebuah
taman.
“wow” aku ngangap… ini kerennn!! Beda jauh sama Indonesia
:’D
Kyle giggles. Dia naikin dagu-ku gara2 dari tadi ngangap.
“cool, huh?” Kyle smiles
“Yeah ofc!” kataku sambil berlari. Kyle mengejarku. Aku
tiduran di rumput, sementara Kyle duduk di sampingku. Aku melepas semua lelah ku selama di perjalanan dari
Indonesia ke Australia sambil melihat Twilight di langit. Beautiful!
*teng nong* hape Kyle bunyi. Dia membaca SMS di iPhone nya.
“who’s that?” tanyaku sambil beranjak dari tidurku dan
duduk.
“curious, huh? :P ”
“Yeah!” gue emang dikenal sebagai anak kepo
“Come catch me then~” Kyle lari. Sialan anak ini-_-
“Eh monyet! Berenti kek capek ego nyet nih kyle monyet ye gue
panggil astuti nih” gue neriakin Kyle sambil berlutut di rumput sementara dia
tetep lari.
Sabtu, 28 Juli 2012
BRISBANE (A One Direction Love Story)
1DLS by @lovalolly PART 1
Today I will leave Indonesia. I got a scholarships to
Brisbane State High School yayy!. Finally, my dream comes true! This is what I
hope since I was 10. Brisbane. I don’t know why but Brisbane always in my mind
like ‘Brisbane! I should go there someday! I should!’ even though I don’t know
any things about Brisbane or Australia.
Should I happy, or sad? I don’t know. Leaving Indonesia
means I have to leave My parents, My family, My friends, and my lovely kitty;
Theo :3
“Ill miss you, hunny” mom hugs me. I hug her back.
“ill miss you too mum”
Mom smiles.
“and oh, don’t forget to tell Blair to feed Theo, it should
be healthy all day while im on Australia! :P I wont come back and see Theo sick
or… die :(”
Mom giggles.
“it wont, dear. Ill tell Blair :) she’ll miss you..”
“ill miss her too, ”
We both smile.
“uh, mom, I think I should go now,”
“okay hun, don’t forget, no drug, no sex, and don’t go to
the club!”
“I wont :) bye”
“bye” she hugs me and kisses e forehead. I leave.
Before I turn off my phone, I tweet:
@sarawrxoxo: leaving Indonesia :’D come find me! :P
Then I turn off my phone. I sleep all the way to Brisbane.
Im so tired.
When the plane is almost landing, Iook outside the window,
like, WOW THIS IS KEEWWLL!! I see so much difference between Australia and
Indonesia!
(UDAH DEH PAKE BAHASA INDONESIA GUE CAPEK WK-_-)
Skip skip skip skiiiiiipp blablablablablablabla tiba2 nyampe
di apartemen(?)
Gak nyangka disini. Di tempat kaki gue bediri. Kaki gue ada
di Brisbane! Udara yang gue hirup, udara Brisbane! Apa banget ya, dimana2 udara
sama aja wk krik skip-_-
Gue langsung buka laptop gue dan buka skype. Ganti status
:33
“Brisbane is ROOOOOOOCKKK!! \m/”
Gue liat yang lagi online Cuma.. hmm…
James, Kyle, Ken(tut) *eh bukan-_-, Blair- ah dia gak
online.. hmm.. eh tunggu dulu.. Kyle?! :O *zoom in zoom out*
Gue baru inget.. dia.. dia temen soc med gue tapi udah deket
banget :33 dan dia tinggal di Brisbaneeeee~~ wajib chat wajiiib IM IM IM
mumpung onlennn (sekilas info: sara gak
pernah mau diajak video call karna dia malu ._.v)
Sara: Kyleeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
*30 menit kemudian*
Buset ini anak lama banget balesnya padahal online ituu
statusnya-_-
Kyle: hey! Slr I just took a shit :PPPP
Sara: -_-oh
Kyle: ye ;)
Kyle: eh, R u on Brisbane now? :O :O
Sara: yeah, how do u know? :33
Kyle: ur status duh-_-
Sara: oh.. yeah ._.
Kyle: wanna meet? :]
Sara: where? I don’t know places around here..
Kyle: Ill pick you
Sara: come pick me :P
Kyle: where are you?!-_-
Sara: di ketek lo
Kyle: huh?
Sara: nvm :P im at xxxxxx St number xx xxxxx
Kyle: okay hang on, ill be there on 15 minutes
Sara: eh
Sara: WAIIIIIIIIT
Kyle: what?
Sara: I don’t know if I could leave the apartement
Kyle: just for a whileee!! this will be the first time we
meet
Sara: I know :P okay ill be ready~
Kyle: okay bye
*kyle oplen*
Pertama kali nya gue bakal ketemu sama Kyle. Gimana kalo dia
ngeliat gue gue jelek banget…. Biasanya kan dia ngelia gue Cuma di foto… foto
gue… banyak di edit waks-__- tapigak photoshop… photomarket(?) krik-_- SKIP
Gue turun dari apartement nunggu di depan ngetem angkot(?)
gak, gue nungguin Kyle. Adu kile kile mana sih bunyu nih bunyu HAHAHA
(bunyu=bule unyu:3)
Gue Cuma pake jeans, hoodie, sneakers, trus di kuncir asal,
pake mascara secuil doang. Gue miskin make up kawan :( gue gasuka make up juga
sih nanti jadi kayak mbak perrie ;) *Eh
“Sara! Is that you?” seseorang meneriakiku. Accent
australiannya sangatt jelas. Pas nengok.. seseorang berambut brunette
kehitam2an dengan mata biru di dalam mobil…
KYLE! Sumpah aslinya sama kalo di foto beda banget. lebih
ganteng :’)
“NO! this is not Sara this is Lady GaGa B)” I shout him.
Like a madame B)
He rolls his eye LOL
“come in!”
“no~~ you’ll kidnap me aaa~” gue udah kayak orang gila
nyasar di Australia…
“ah my immature little b*tch just come in”
“just kidding elah woles dong wkaka iye iye”
“what?”
“nah nevermind :P”
Gue masuk ke dalam mobil. Hening….. Kyle ngeliatin gue
terus… gue mulai geer.
“What?” Tanya gue sambil ngakat bahu
“nothing.. you just… you just-”
“what?”
“you look more beautiful than the pics you sent to me ;)”
“aww stop it youuu (<-- bayangkan meme nya, tau kan?:3)
don’t flirt to me;P”
“I didn’t flirt to you-_- I just told you the truth :P”
“ah ok thanks then :)” im blushing af udah kayak tomat busuk
“np :P”
Lalu awkward silence.
Kyle mulai menyetir
“So where we goin’?” tanyaku
“somewhere around here”
“where?”
“secret :P”
Kira2 Sara mau dibawa kemana sama Kyle? Mau tau?? Kita
lanjutkan setelah yang satu ini, jamaah~~(?)
Kalo ada bahasa inggris yang salah bilang aja ya! :D mimin
sekalian belajar~~ u,u
Minggu, 22 Juli 2012
NLS part 30
“Cal” panggil Natasha terengah-engah.
“Naufal dia........” ucapnya masih terengah-engah.
“Naufal kenapa?” tanya Callista panik.
“Naufal dia tadi jalan sama cewek” ucap Natasha hati-hati.
“Jadi, dia putusin gue karena punya cewek lain? Siapa ceweknya?” Natasha diam.
“Loe pengen tau Cal?” tanya Natasha. Callista mengangguk.
“Gak akan nyesel kalo gue kasih tau?” tanyanya.
“Engga. Cepet kasih tau aja deh” kata Callista tidak sabaran.
“Dia jalan sama cewek. Cewek itu……..” Natasha tidak melanjutkan dia melihat ekspresi wajah Callista.
“Siapa?”
“Cewek itu neneknya” ucap Natasha cepat lalu meninggalkan Callista.
“Sialan. Udah tau gue baru putus malah dikerjain. Natasha tunggu aja pembalasan gue” gumam Callista.
“Cal, dipanggil mama tuh” kata Natasha. Callista menghampiri ibunya. Diruang tamu lengkap ada ayah, ibu dan juga Natasha.
“Ada apa ini?” tanya Callista. Semuanya diam. Mereka saling melempar pandangan. Callista semakin tidak mengerti.
“Naufal, dia masuk rumah sakit” kata Natasha hati-hati. Callista diam dia lalu tertawa.
“Oke. Kak, sekarang gue gak bakalan kena jebakan loe lagi” semua hanya menatap Callista dengan bingung. Natasha hanya menunduk.
“Cal, kita ke rumah sakit yuk. Jenguk Naufal” ajak Ibu Callista.
“Jadi, Naufal beneran sakit?” tanya Callista. Kali ini ayah Callista yang menjawab.
“Iya” lalu hening.
“Tolong cerita apa yang sebenarnya terjadi” pinta Callista. Mereka saling melempar pandangan.
“Jadi sebenarnya tadi gue mau ngasih tau ini. Cuman gue nggak bisa ngomong ini sendiri sama loe Cal” ucap Natasha berbelit-belit. Tetapi Callista tetap mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Natasha.
“Ada alasan kenapa Naufal putusin loe. Saat dia pulang dia pingsan. Tapi dia gak bangun-bangun….”
“Dia meninggal?” tanya Callista kaget. Natasha menggeleng.
“Dia koma. Gue nggak tahu apa-apa tentang penyakitnya” hening. Air mata Callista mulai jatuh.
Callista melihat Naufal yang tak berdaya. Alat-alat medis memenuhi tubuhnya. Callista tak menyangka pacarnya lebih tepat mantan pacarnya ini mempunyai penyakit yang parah. Callista tadi bertemu dengan ibu Naufal ternyata beliau bukanlah ibu kandungnya.
Beliau hanyalah ibu tiri Naufal. Ibu Naufal meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Penyakit tersebut penyakit yang sama dengan yang Naufal derita saat ini. Ternyata Naufal sudah menderita penyakit ini sejak dulu. Hanya saja satu tahun kebelakang penyakitnya semakin menjadi.
Callista tak kuasa menahan air matanya. Andaikan saja dulu dia tahu keadaan Naufal yang sebenarnya mungkin Callista akan lebih menghabiskan waktunya bersama Naufal. Callista memegang tangan Naufal dengan kedua tangannya. Melihat wajah Naufal yang begitu tenang walaupun Callista tahu sebenarnya Naufal sedang melawan rasa sakitnya.
“Aku mohon bertahanlah” ucap Callista lirih.
“Please, survive for me” tetapi yang diajak bicara hanya diam saja. Callista tahu Naufal tidak akan menjawabnya. Callista hanya berdoa agar keajaiban datang dan membuat Naufal bisa menjawabnya. Ternyata sedari tadi Natasha memperhatikannya. Natasha ikut sedih melihat adiknya seperti ini. Natasha ingin sekali menghibur Callista dia tidak tahu bagaimana caranya.
“Cal, kita pulang yuk. Ini udah malem besok kamu harus sekolah” kata Natasha penuh dengan perhatian.
“Tapi kak…” Natasha hanya tersenyum dan menuntun Callista keluar dari ruangan.
Saat diperjalan pulang bahkan dirumah Callista tidak berkata apa-apa. Dia hanya melamun memikirkan keadaan Naufal. Ia ingin tetap berada disamping Naufal. Callista tidak peduli meskipun dia sudah putus dengan Naufal tetapi dia masih mencintainya. Callista juga yakin bahwa Naufal sebaliknya.
Saat Callista member kabar ini pada the boys mereka langsung ingin segera ke Indonesia. Mereka ingin melihat keadaan Naufal bagaimana pun juga the boys sudah menganggap Naufal sebagai teman mereka. Callista sekarang sedang menunggu the boys dibandara. Mereka ke Indonesia selain untuk menjenguk Naufal karena mereka juga ingin berlibur. Sebenarnya Callista agak bingung mereka bersedih dan bersenang-senang di Indonesia. Itu mereka sudah lama Callista tidak melihat mereka. Entahlah apa hanya perasaannya saja atau memang the boys semakin lama semakin menarik. Callista segera menghampiri mereka. Memeluk mereka satu persatu.
“How are you guys?” tanya Callista.
“Yeah. You can see we’re fine but our job yeah you know we’re bussy concert, record album” kata Liam.
Callista tidak bisa berhenti tersenyum. Apalagi selama beberapa hari ini bahkan Callista tidak ingat kapan terakhir dia tersenyum.
Callista melihat ke arah Niall. Jujur, Callista benar-benar merindukan Niall. Callista rindu melihat Niall makan, bercanda bahkan kentutnya sekalipun. Tetapi sedari tadi Niall hanya tersenyum pada Callista. Niall lebih banyak diam dari pada biasanya. Callista hanya mengantar the boys sampai ke hotel. Mereka bilang mereka masih jetlegged sehingga menjenguk Naufal mereka akan lakukan besok sore.
Hari ini adalah hari yang tidak ingin Callista inginkan. Callista tahu suatu saat hal ini akan terjadi tetapi dia tidak mengira akan secepat ini. Saat pulang sekolah Callista mendapat kabar Naufal kritis. Tanpa berpikir lagi Callista langsung menuju rumah sakit. Disana keluarga Naufal dan keluarga Callista berkumpul bahkan the boys juga ada disana.
“Naufal, baik-baik aja kan?” tanya Callista panik. Tak ada yang menjawab semua hanya menatap Callista dengan wajah yang panik. Callista menjadi semakin panik. Harry menghampiri Callita dan memeluknya. Callista hanya menangis dipelukan Harry.
“Shhh. He’ll safe and sound” kata Harry mencoba menenangkan Callista.
Dokter keluar dari ruangan Naufal. Callista tidak ingin mendengar apapun yang dikatakan dokter itu. Callista tidak siap jika yang dikatakan dokter adalah hal yang buruk. Callista menutup kedua telinganya. Tetapi sepertinya memang itulah yang dikatakan dokter meskipun Callista tidak mendengar apa yang dikatakannya tetapi tanpa penjelasan Callista sudah tahu apa yang terjadi. Callista melihat ibu Naufal yang pingsan. Callista harus menerima kenyataan bahwa yang berada diruang ICU hanya jasad Naufal. Tiba-tiba saja Callista merasa semua menjadi gelap dan dia tidak ingat apa-apa lagi.
Callista melihat pantulan dirinya dicermin betapa mengerikan dirinya. Mata yang sembab karena menangis. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Naufal sudah meninggalkannya untuk selamanya. Sekarang, tidak ada lagi canda, gombal, kejutan dari Naufal. Callista berjanji pada dirinya akan mengingat apa yang telah dilaluinya bersama Naufal. Tak ada yang bisa dia lupakan sedikitpun.
Callista mengikuti acara pemakaman dengan khidmat. Selama acara pemakaman dia tidak bisa menahan air matanya agar tidak keluar. Saat pemakaman Niall selalu berada disampingnya. Niall yang menghapus air mata Callista. Niall yang memeluk Callista saat Callista membutuhkan sebuah pelukan. Niall selalu ada untuk Callista. Callista juga tak lupa untuk menenangkan ibu Naufal. Callista sudah dekat dengan ibu Naufal.
Setelah acara pemakaman selesai Niall ikut kerumah Callista. Niall bilang dia ingin bersama Callista sampai Callista bisa tersenyum kembali. Niall tidak mau melihat Callista yang masih seperti ini. Setidaknya Niall hanya ingin melihat Callista tersenyum. Melihat Callista seperti ini juga membuat Niall sakit. Dia tidak mau orang yang dicintainya bersedih seperti ini dan juga Niall sadar bahwa Callista lebih mencintai Naufal dari pada dia. Meskipun begitu tak sedikit pun perasaannya pada Callista berkurang.
“Are you thirsty?” tanya Niall. Callista menggeleng. Tetapi Niall tetap membawakan Callista minum.
“Cal, I want tell you something” kata Niall. Callista hanya menatap Niall.
“Go ahead”
“I know this is’nt the right time. But, I can wait any longer” Callista menatap Niall bingung.
“Naufal gave me this for you” Niall mengambil sebuah boneka panda berukuran sedang dari dalam tasnya. Callista menerimanya memeluk bonekanya. Saat dipeluk tiba-tiba saja boneka itu mengeluarkan suara.
“Hello Callista” suara ini Callista jelas-jelas mengenal suara ini.
“Nau…Naufal” gumam Callista.
“Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik disana. Kalau kamu udah nerima boneka ini berarti aku udah gak ada didunia lagi…” Callista menelan ludahnya dengan susah payah.
“Sebelumnya aku minta maaf. Aku ingin kasih tahu kamu dari dulu tapi entahlah aku gak punya keberanian buat kasih tahu kamu. Callista, I just wish you knew I was so in love with you” terdengar suara Naufal yang ketir sepertinya saat merekam ini Naufal menangis. Callista dia menangis kembali. Tapi dari mana Niall tahu ini?
“So, you’ve already known about this. Why you didn’t tell me?” Niall diam tak menjawab Callista.
“Answer Niall” perintah Callista. Niall tetap diam.
“Niall why you do that to me?!” teriak Callista sambil menangis. Niall hanya diam dan menunduk terlihat dari wajahnya dia merasa sangat bersalah. Callista ikut diam.
“I’m disappointed” kata Callista yang sudah bisa mengatur emosinya. Niall hendak memeluk Callista tetapi Callista menghindar. Mata Niall melebar ia tampaknya sangat kaget.
“Don’t!!” ucap Callista terengah-engah. “Ever meet me again” bentak Callista dan meninggalkan Niall.
Entahlah tapi ini seperti de javu. Callista tidak menyagka jadi selama ini Niall merahasiakan ini. Bagaimana bisa? Callista sudah percaya padanya. Pantas saja saat Callista memberi tahu the boys mengenai Naufal yang sedang koma. Tidak ada respon dari Niall. Beda seperti the boys yang lain mereka nampak kaget.
Callista meraih iPod miliknya ia sadar tidak bagus jika dia berlarut-larut dalam kesedihan seperti ini. Dia memilih lagu secara random. Dia memilih lagu rock agar dia tidak bergalau dan juga mungkin dia bisa melupakan kejadian-kejadian ini. Untuk beberapa lagu Callista menikmatinya bahkan dia ikut bernyanyi mengikuti lagu. Kebiasaan Callista saat memutar playlist dia suka untuk memutarnya secara acak. Sekarang lagu yang tak diinginkannya untuk didengar terputar. Saat mendengar intro dari lagu tersebut saja Callista sudah berurai air mata.
Shut the door, turn the light off
I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you
I cannot hide this even though I try
Heart beats harder
Time escapes me
Trembling hands touch skin
It makes this harder
And the tears stream down my face
If we could only have this life for one more day
If we could only turn back time
Callista belum selesai mendengerkan lagu tersebut. Dia membanting iPod ketempat tidurnya. Mengapa disaat seperti ini lagu moments yang didengarkannya. Callista duduk dan memeluk kedua lututnya. Callista sekarang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Callista benar-benar kecewa pada Niall. Mengapa dia tidak memberitahu Callista. Callista yakin Niall sudah tahu ini semenjak Naufal di London. Callista tahu mungkin saja Naufal yang meminta Niall merahasiakan ini tetapi sungguh Callista ingin tahu mengenai ini semua dari awal.
1 tahun kemudian.
Semenjak kejadian itu Callista sama sekali tidak berhubungan dengan Niall. Bahkan saat the boys kembali ke bandara Callista tidak mengantar mereka. Callista masih marah saat itu. Callista juga mendengar bahwa ternyata sekarang Niall kembali pada Annete. Callista tahu itu sangat kekanak-kanakan tetapi hei masalah penyakit Naufal itu masalah yang serius. Callista seharusnya tahu itu. Hari ini satu tahun kematian Naufal. Callista mengingat-ingat kebersamaannya bersama Naufal. Callista melihat sekeliling kamarnya. Masih tetap seperti satu tahun yang lalu. Callista melihat ke meja belajarnya dan melihat scrapbook (baca part 9) yang Naufal berikan pada saat ulang tahun Callista.
Callista membuka kembali lembaran scrapbook itu. Dulu saat dia membuka scrapbook itu Callista tak bisa berhenti tersenyum sekarang pun tetap seperti itu. Callista merasa beruntung sekali pernah mempunyai Naufal sebagai pacarnya. Saat Callista membaca scrapbook saat bagian.
“Cal, sometimes I think I wanna go to future to see what happen to us. You’ll be my wife. I’ll be your husband. We’ll have cute son and cute daughters. We’ll live happily”. Ternyata Callista baru sadar ada tulisan kecil disitu. Tulisan tersebut berisi “but, I know it wouldn’t happen” Callista menutup mulutnya. jadi selama ini Naufal telah memberi petunjuk pada Callista mengenai keadaannya.
1 tahun kemudian.
Udara London masih sama seperti 2 tahun lalu. Callista kembali ke London. Dia mendapat beasiswa untuk kuliah disalah satu Universitas di London. Callista senang bukan main saat tahu itu. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Setidaknya dia menepati janjinya pada Niall untuk kembali ke London (baca part 29). Sebenarnya Callista sudah tidak marah lagi pada Niall. Dia ingin sekali memberitahu Niall bahwa sekarang dia ada di London. Dia sudah menepati janjinya.
Callista mengirim pesan pada Liam. Dia berharap bahwa nomor ponsel Liam masih tetap sama seperti dulu.
To: Liam
Hi, Liam. Do you remember me? I’m Callista. I’m in London now. I wanna meet the boys.
3 jam kemudian baru ada balasan dari Liam.
From: Liam
Cal, where’ve you been? Why you didn’t contact us? Tonight you can come here. We held a party.
Callista agak ragu untuk datang tetapi akhirnya dia datang juga. Callista ingin minta maaf pada Niall dan juga jujur dia rindu pada the boys apalagi Niall. Callista sudah sampai dan disini sudah cukup ramai. Callista mengirim pesan pada Liam bahwa dia sudah sampai. Callista menunggu Liam didekat bar. Sebenarnya Callista ingin mencari the boys tetapi dia ingin memberi kejutan pada the boys.
Saat Callista melihat kea rah kanan. Dia melihat seperti Niall. Benar itu memang Niall. Sudah lama sekali Niall dia nampak baik-baik saja dan juga semakin tampan. Liam masih belum datang. Callista tidak bisa menghindari pandangannya pada Niall. Tetapi Niall sedang berada bersama seorang perempuan dan nampaknya Niall sedang mabuk. Liam masih belum menampakkan batang hidungnya. Callista berencana untuk menyapa Niall tetapi tiba-tiba saja perempuan yang bersama Niall mencium Niall. Callista kaget bukan main. Sebenarnya dia berharap Niall menunggunya selama 2 tahun. Tetapi ini balasan Niall.
Callista mengerti dia seharusnya tidak berharap lebih apalagi berharap pada seorang Niall Horan. Baru saja berniat untuk pulang ke flat miliknya. Liam datang tetapi suasana hati Callista benar-benar sedang buruk jika dia harus bertemu Niall dan melihatnya bercumbu dengan perempuan lain.
Callista kembali ke flatnya. Saat diflat dia menuju balkon dan melihat pemadangan kota London pada malam hari ia juga menyadari kesalahannya. Dia seharusnya tidak begitu pada Niall. Sekarang Callista sudah lebih dewasa dia menyadari kesalahannya saat dulu. Callista meratapi hidupnya dulu Niall mengejar-ngejar Callista tetapi Callista lebih memilih Naufal. Naufal meninggalkannya untuk selamanya dan sekarang Niall mengabaikannya. Tuhan memang adil. Mungkin ini karma baginya. Tiba-tiba saja pandangannya kabur.
“Cal…Callista bangun” seseorang menepuk-nepuk pipi Callista. Callista membuka matanya dan sadar dia sedang tidak berada disebuah flat.
“Naya? Kok loe ada disini?” tanya Callista bingung.
“Dari tadi juga gue disini. Loe itu tidur dari tadi ya ampun gue kira loe itu mati bukan tidur. Kita udah sampai London” kata Naya tak berhenti. Callista semakin bingung.
“Bukannya emang gue kuliah di London?” tanya Callista. Naya hanya tertawa.
“Lucu banget sih loe Cal. Kita disini buat student exchange bukan buat kuliah. Kuliah masih 2 tahun lagi” Callista diam dia masih tidak mengerti.
“Naufal? Naufal dia masih hidup?” tanya Callista. Sekali lagi Naya tertawa.
“Iya. Dia masih hidup tuh orangnya” tunjuk Naya pada kursi seberang.
“Kok loe tiba-tiba nanyain Naufal masih hidup sih? Loe masih suka sama dia? Cal, Naufal lupain aja loe udah 4 tahun suka sama dia. Gue tahu dia juga suka sama loe juga tapi selama 4 tahun Naufal gak nembak loe Cal” Callista diam. Dia berusaha mencerana apa yang terjadi. Jadi selama ini dia hanya bermimpi mengenai dia berpacaran dengan Naufal, Niall. Semuanya hanya mimpi tapi mengapa terasa begitu nyata. Callista benar-benar tidak mengerti.
Sekarang Callista sudah sampai dibandara di London. Entahlah bahkan bandara ini sudah taka sing lagi baginya. Padahal ini pertama kalinya dia disini. Saat sampai dibandara Callista tidak kuat untuk menahan buang air sepertinya dari tadi belum buang air. Dia permisi untuk ke toilet dan Bu Raya bilang tidak boleh dari 5 menit. Dia sudah berada lima menit ditoilet padahal Bu Raya bilang dia tidak boleh lebih dari 5 menit. Callista menuju ke tempat rombongannya.
Callista berlari menuju tempat asalnya tersebut. Tetapi dia melihat ada sebuah kerumunan. Apa lagi? Rutuk Callista dalam hati. Callista menerobos keremunan tersebut dan bug. Dia jatuh terpental karena menabrak seseorang.
“Ah” erang Callista.
“Sorry, are you okay?” tanya seorang laki-laki yang berambut pirang.
Ini seperti de javu baginya.
“Naufal dia........” ucapnya masih terengah-engah.
“Naufal kenapa?” tanya Callista panik.
“Naufal dia tadi jalan sama cewek” ucap Natasha hati-hati.
“Jadi, dia putusin gue karena punya cewek lain? Siapa ceweknya?” Natasha diam.
“Loe pengen tau Cal?” tanya Natasha. Callista mengangguk.
“Gak akan nyesel kalo gue kasih tau?” tanyanya.
“Engga. Cepet kasih tau aja deh” kata Callista tidak sabaran.
“Dia jalan sama cewek. Cewek itu……..” Natasha tidak melanjutkan dia melihat ekspresi wajah Callista.
“Siapa?”
“Cewek itu neneknya” ucap Natasha cepat lalu meninggalkan Callista.
“Sialan. Udah tau gue baru putus malah dikerjain. Natasha tunggu aja pembalasan gue” gumam Callista.
“Cal, dipanggil mama tuh” kata Natasha. Callista menghampiri ibunya. Diruang tamu lengkap ada ayah, ibu dan juga Natasha.
“Ada apa ini?” tanya Callista. Semuanya diam. Mereka saling melempar pandangan. Callista semakin tidak mengerti.
“Naufal, dia masuk rumah sakit” kata Natasha hati-hati. Callista diam dia lalu tertawa.
“Oke. Kak, sekarang gue gak bakalan kena jebakan loe lagi” semua hanya menatap Callista dengan bingung. Natasha hanya menunduk.
“Cal, kita ke rumah sakit yuk. Jenguk Naufal” ajak Ibu Callista.
“Jadi, Naufal beneran sakit?” tanya Callista. Kali ini ayah Callista yang menjawab.
“Iya” lalu hening.
“Tolong cerita apa yang sebenarnya terjadi” pinta Callista. Mereka saling melempar pandangan.
“Jadi sebenarnya tadi gue mau ngasih tau ini. Cuman gue nggak bisa ngomong ini sendiri sama loe Cal” ucap Natasha berbelit-belit. Tetapi Callista tetap mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Natasha.
“Ada alasan kenapa Naufal putusin loe. Saat dia pulang dia pingsan. Tapi dia gak bangun-bangun….”
“Dia meninggal?” tanya Callista kaget. Natasha menggeleng.
“Dia koma. Gue nggak tahu apa-apa tentang penyakitnya” hening. Air mata Callista mulai jatuh.
Callista melihat Naufal yang tak berdaya. Alat-alat medis memenuhi tubuhnya. Callista tak menyangka pacarnya lebih tepat mantan pacarnya ini mempunyai penyakit yang parah. Callista tadi bertemu dengan ibu Naufal ternyata beliau bukanlah ibu kandungnya.
Beliau hanyalah ibu tiri Naufal. Ibu Naufal meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Penyakit tersebut penyakit yang sama dengan yang Naufal derita saat ini. Ternyata Naufal sudah menderita penyakit ini sejak dulu. Hanya saja satu tahun kebelakang penyakitnya semakin menjadi.
Callista tak kuasa menahan air matanya. Andaikan saja dulu dia tahu keadaan Naufal yang sebenarnya mungkin Callista akan lebih menghabiskan waktunya bersama Naufal. Callista memegang tangan Naufal dengan kedua tangannya. Melihat wajah Naufal yang begitu tenang walaupun Callista tahu sebenarnya Naufal sedang melawan rasa sakitnya.
“Aku mohon bertahanlah” ucap Callista lirih.
“Please, survive for me” tetapi yang diajak bicara hanya diam saja. Callista tahu Naufal tidak akan menjawabnya. Callista hanya berdoa agar keajaiban datang dan membuat Naufal bisa menjawabnya. Ternyata sedari tadi Natasha memperhatikannya. Natasha ikut sedih melihat adiknya seperti ini. Natasha ingin sekali menghibur Callista dia tidak tahu bagaimana caranya.
“Cal, kita pulang yuk. Ini udah malem besok kamu harus sekolah” kata Natasha penuh dengan perhatian.
“Tapi kak…” Natasha hanya tersenyum dan menuntun Callista keluar dari ruangan.
Saat diperjalan pulang bahkan dirumah Callista tidak berkata apa-apa. Dia hanya melamun memikirkan keadaan Naufal. Ia ingin tetap berada disamping Naufal. Callista tidak peduli meskipun dia sudah putus dengan Naufal tetapi dia masih mencintainya. Callista juga yakin bahwa Naufal sebaliknya.
Saat Callista member kabar ini pada the boys mereka langsung ingin segera ke Indonesia. Mereka ingin melihat keadaan Naufal bagaimana pun juga the boys sudah menganggap Naufal sebagai teman mereka. Callista sekarang sedang menunggu the boys dibandara. Mereka ke Indonesia selain untuk menjenguk Naufal karena mereka juga ingin berlibur. Sebenarnya Callista agak bingung mereka bersedih dan bersenang-senang di Indonesia. Itu mereka sudah lama Callista tidak melihat mereka. Entahlah apa hanya perasaannya saja atau memang the boys semakin lama semakin menarik. Callista segera menghampiri mereka. Memeluk mereka satu persatu.
“How are you guys?” tanya Callista.
“Yeah. You can see we’re fine but our job yeah you know we’re bussy concert, record album” kata Liam.
Callista tidak bisa berhenti tersenyum. Apalagi selama beberapa hari ini bahkan Callista tidak ingat kapan terakhir dia tersenyum.
Callista melihat ke arah Niall. Jujur, Callista benar-benar merindukan Niall. Callista rindu melihat Niall makan, bercanda bahkan kentutnya sekalipun. Tetapi sedari tadi Niall hanya tersenyum pada Callista. Niall lebih banyak diam dari pada biasanya. Callista hanya mengantar the boys sampai ke hotel. Mereka bilang mereka masih jetlegged sehingga menjenguk Naufal mereka akan lakukan besok sore.
Hari ini adalah hari yang tidak ingin Callista inginkan. Callista tahu suatu saat hal ini akan terjadi tetapi dia tidak mengira akan secepat ini. Saat pulang sekolah Callista mendapat kabar Naufal kritis. Tanpa berpikir lagi Callista langsung menuju rumah sakit. Disana keluarga Naufal dan keluarga Callista berkumpul bahkan the boys juga ada disana.
“Naufal, baik-baik aja kan?” tanya Callista panik. Tak ada yang menjawab semua hanya menatap Callista dengan wajah yang panik. Callista menjadi semakin panik. Harry menghampiri Callita dan memeluknya. Callista hanya menangis dipelukan Harry.
“Shhh. He’ll safe and sound” kata Harry mencoba menenangkan Callista.
Dokter keluar dari ruangan Naufal. Callista tidak ingin mendengar apapun yang dikatakan dokter itu. Callista tidak siap jika yang dikatakan dokter adalah hal yang buruk. Callista menutup kedua telinganya. Tetapi sepertinya memang itulah yang dikatakan dokter meskipun Callista tidak mendengar apa yang dikatakannya tetapi tanpa penjelasan Callista sudah tahu apa yang terjadi. Callista melihat ibu Naufal yang pingsan. Callista harus menerima kenyataan bahwa yang berada diruang ICU hanya jasad Naufal. Tiba-tiba saja Callista merasa semua menjadi gelap dan dia tidak ingat apa-apa lagi.
Callista melihat pantulan dirinya dicermin betapa mengerikan dirinya. Mata yang sembab karena menangis. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Naufal sudah meninggalkannya untuk selamanya. Sekarang, tidak ada lagi canda, gombal, kejutan dari Naufal. Callista berjanji pada dirinya akan mengingat apa yang telah dilaluinya bersama Naufal. Tak ada yang bisa dia lupakan sedikitpun.
Callista mengikuti acara pemakaman dengan khidmat. Selama acara pemakaman dia tidak bisa menahan air matanya agar tidak keluar. Saat pemakaman Niall selalu berada disampingnya. Niall yang menghapus air mata Callista. Niall yang memeluk Callista saat Callista membutuhkan sebuah pelukan. Niall selalu ada untuk Callista. Callista juga tak lupa untuk menenangkan ibu Naufal. Callista sudah dekat dengan ibu Naufal.
Setelah acara pemakaman selesai Niall ikut kerumah Callista. Niall bilang dia ingin bersama Callista sampai Callista bisa tersenyum kembali. Niall tidak mau melihat Callista yang masih seperti ini. Setidaknya Niall hanya ingin melihat Callista tersenyum. Melihat Callista seperti ini juga membuat Niall sakit. Dia tidak mau orang yang dicintainya bersedih seperti ini dan juga Niall sadar bahwa Callista lebih mencintai Naufal dari pada dia. Meskipun begitu tak sedikit pun perasaannya pada Callista berkurang.
“Are you thirsty?” tanya Niall. Callista menggeleng. Tetapi Niall tetap membawakan Callista minum.
“Cal, I want tell you something” kata Niall. Callista hanya menatap Niall.
“Go ahead”
“I know this is’nt the right time. But, I can wait any longer” Callista menatap Niall bingung.
“Naufal gave me this for you” Niall mengambil sebuah boneka panda berukuran sedang dari dalam tasnya. Callista menerimanya memeluk bonekanya. Saat dipeluk tiba-tiba saja boneka itu mengeluarkan suara.
“Hello Callista” suara ini Callista jelas-jelas mengenal suara ini.
“Nau…Naufal” gumam Callista.
“Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik disana. Kalau kamu udah nerima boneka ini berarti aku udah gak ada didunia lagi…” Callista menelan ludahnya dengan susah payah.
“Sebelumnya aku minta maaf. Aku ingin kasih tahu kamu dari dulu tapi entahlah aku gak punya keberanian buat kasih tahu kamu. Callista, I just wish you knew I was so in love with you” terdengar suara Naufal yang ketir sepertinya saat merekam ini Naufal menangis. Callista dia menangis kembali. Tapi dari mana Niall tahu ini?
“So, you’ve already known about this. Why you didn’t tell me?” Niall diam tak menjawab Callista.
“Answer Niall” perintah Callista. Niall tetap diam.
“Niall why you do that to me?!” teriak Callista sambil menangis. Niall hanya diam dan menunduk terlihat dari wajahnya dia merasa sangat bersalah. Callista ikut diam.
“I’m disappointed” kata Callista yang sudah bisa mengatur emosinya. Niall hendak memeluk Callista tetapi Callista menghindar. Mata Niall melebar ia tampaknya sangat kaget.
“Don’t!!” ucap Callista terengah-engah. “Ever meet me again” bentak Callista dan meninggalkan Niall.
Entahlah tapi ini seperti de javu. Callista tidak menyagka jadi selama ini Niall merahasiakan ini. Bagaimana bisa? Callista sudah percaya padanya. Pantas saja saat Callista memberi tahu the boys mengenai Naufal yang sedang koma. Tidak ada respon dari Niall. Beda seperti the boys yang lain mereka nampak kaget.
Callista meraih iPod miliknya ia sadar tidak bagus jika dia berlarut-larut dalam kesedihan seperti ini. Dia memilih lagu secara random. Dia memilih lagu rock agar dia tidak bergalau dan juga mungkin dia bisa melupakan kejadian-kejadian ini. Untuk beberapa lagu Callista menikmatinya bahkan dia ikut bernyanyi mengikuti lagu. Kebiasaan Callista saat memutar playlist dia suka untuk memutarnya secara acak. Sekarang lagu yang tak diinginkannya untuk didengar terputar. Saat mendengar intro dari lagu tersebut saja Callista sudah berurai air mata.
Shut the door, turn the light off
I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you
I cannot hide this even though I try
Heart beats harder
Time escapes me
Trembling hands touch skin
It makes this harder
And the tears stream down my face
If we could only have this life for one more day
If we could only turn back time
Callista belum selesai mendengerkan lagu tersebut. Dia membanting iPod ketempat tidurnya. Mengapa disaat seperti ini lagu moments yang didengarkannya. Callista duduk dan memeluk kedua lututnya. Callista sekarang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Callista benar-benar kecewa pada Niall. Mengapa dia tidak memberitahu Callista. Callista yakin Niall sudah tahu ini semenjak Naufal di London. Callista tahu mungkin saja Naufal yang meminta Niall merahasiakan ini tetapi sungguh Callista ingin tahu mengenai ini semua dari awal.
1 tahun kemudian.
Semenjak kejadian itu Callista sama sekali tidak berhubungan dengan Niall. Bahkan saat the boys kembali ke bandara Callista tidak mengantar mereka. Callista masih marah saat itu. Callista juga mendengar bahwa ternyata sekarang Niall kembali pada Annete. Callista tahu itu sangat kekanak-kanakan tetapi hei masalah penyakit Naufal itu masalah yang serius. Callista seharusnya tahu itu. Hari ini satu tahun kematian Naufal. Callista mengingat-ingat kebersamaannya bersama Naufal. Callista melihat sekeliling kamarnya. Masih tetap seperti satu tahun yang lalu. Callista melihat ke meja belajarnya dan melihat scrapbook (baca part 9) yang Naufal berikan pada saat ulang tahun Callista.
Callista membuka kembali lembaran scrapbook itu. Dulu saat dia membuka scrapbook itu Callista tak bisa berhenti tersenyum sekarang pun tetap seperti itu. Callista merasa beruntung sekali pernah mempunyai Naufal sebagai pacarnya. Saat Callista membaca scrapbook saat bagian.
“Cal, sometimes I think I wanna go to future to see what happen to us. You’ll be my wife. I’ll be your husband. We’ll have cute son and cute daughters. We’ll live happily”. Ternyata Callista baru sadar ada tulisan kecil disitu. Tulisan tersebut berisi “but, I know it wouldn’t happen” Callista menutup mulutnya. jadi selama ini Naufal telah memberi petunjuk pada Callista mengenai keadaannya.
1 tahun kemudian.
Udara London masih sama seperti 2 tahun lalu. Callista kembali ke London. Dia mendapat beasiswa untuk kuliah disalah satu Universitas di London. Callista senang bukan main saat tahu itu. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Setidaknya dia menepati janjinya pada Niall untuk kembali ke London (baca part 29). Sebenarnya Callista sudah tidak marah lagi pada Niall. Dia ingin sekali memberitahu Niall bahwa sekarang dia ada di London. Dia sudah menepati janjinya.
Callista mengirim pesan pada Liam. Dia berharap bahwa nomor ponsel Liam masih tetap sama seperti dulu.
To: Liam
Hi, Liam. Do you remember me? I’m Callista. I’m in London now. I wanna meet the boys.
3 jam kemudian baru ada balasan dari Liam.
From: Liam
Cal, where’ve you been? Why you didn’t contact us? Tonight you can come here. We held a party.
Callista agak ragu untuk datang tetapi akhirnya dia datang juga. Callista ingin minta maaf pada Niall dan juga jujur dia rindu pada the boys apalagi Niall. Callista sudah sampai dan disini sudah cukup ramai. Callista mengirim pesan pada Liam bahwa dia sudah sampai. Callista menunggu Liam didekat bar. Sebenarnya Callista ingin mencari the boys tetapi dia ingin memberi kejutan pada the boys.
Saat Callista melihat kea rah kanan. Dia melihat seperti Niall. Benar itu memang Niall. Sudah lama sekali Niall dia nampak baik-baik saja dan juga semakin tampan. Liam masih belum datang. Callista tidak bisa menghindari pandangannya pada Niall. Tetapi Niall sedang berada bersama seorang perempuan dan nampaknya Niall sedang mabuk. Liam masih belum menampakkan batang hidungnya. Callista berencana untuk menyapa Niall tetapi tiba-tiba saja perempuan yang bersama Niall mencium Niall. Callista kaget bukan main. Sebenarnya dia berharap Niall menunggunya selama 2 tahun. Tetapi ini balasan Niall.
Callista mengerti dia seharusnya tidak berharap lebih apalagi berharap pada seorang Niall Horan. Baru saja berniat untuk pulang ke flat miliknya. Liam datang tetapi suasana hati Callista benar-benar sedang buruk jika dia harus bertemu Niall dan melihatnya bercumbu dengan perempuan lain.
Callista kembali ke flatnya. Saat diflat dia menuju balkon dan melihat pemadangan kota London pada malam hari ia juga menyadari kesalahannya. Dia seharusnya tidak begitu pada Niall. Sekarang Callista sudah lebih dewasa dia menyadari kesalahannya saat dulu. Callista meratapi hidupnya dulu Niall mengejar-ngejar Callista tetapi Callista lebih memilih Naufal. Naufal meninggalkannya untuk selamanya dan sekarang Niall mengabaikannya. Tuhan memang adil. Mungkin ini karma baginya. Tiba-tiba saja pandangannya kabur.
“Cal…Callista bangun” seseorang menepuk-nepuk pipi Callista. Callista membuka matanya dan sadar dia sedang tidak berada disebuah flat.
“Naya? Kok loe ada disini?” tanya Callista bingung.
“Dari tadi juga gue disini. Loe itu tidur dari tadi ya ampun gue kira loe itu mati bukan tidur. Kita udah sampai London” kata Naya tak berhenti. Callista semakin bingung.
“Bukannya emang gue kuliah di London?” tanya Callista. Naya hanya tertawa.
“Lucu banget sih loe Cal. Kita disini buat student exchange bukan buat kuliah. Kuliah masih 2 tahun lagi” Callista diam dia masih tidak mengerti.
“Naufal? Naufal dia masih hidup?” tanya Callista. Sekali lagi Naya tertawa.
“Iya. Dia masih hidup tuh orangnya” tunjuk Naya pada kursi seberang.
“Kok loe tiba-tiba nanyain Naufal masih hidup sih? Loe masih suka sama dia? Cal, Naufal lupain aja loe udah 4 tahun suka sama dia. Gue tahu dia juga suka sama loe juga tapi selama 4 tahun Naufal gak nembak loe Cal” Callista diam. Dia berusaha mencerana apa yang terjadi. Jadi selama ini dia hanya bermimpi mengenai dia berpacaran dengan Naufal, Niall. Semuanya hanya mimpi tapi mengapa terasa begitu nyata. Callista benar-benar tidak mengerti.
Sekarang Callista sudah sampai dibandara di London. Entahlah bahkan bandara ini sudah taka sing lagi baginya. Padahal ini pertama kalinya dia disini. Saat sampai dibandara Callista tidak kuat untuk menahan buang air sepertinya dari tadi belum buang air. Dia permisi untuk ke toilet dan Bu Raya bilang tidak boleh dari 5 menit. Dia sudah berada lima menit ditoilet padahal Bu Raya bilang dia tidak boleh lebih dari 5 menit. Callista menuju ke tempat rombongannya.
Callista berlari menuju tempat asalnya tersebut. Tetapi dia melihat ada sebuah kerumunan. Apa lagi? Rutuk Callista dalam hati. Callista menerobos keremunan tersebut dan bug. Dia jatuh terpental karena menabrak seseorang.
“Ah” erang Callista.
“Sorry, are you okay?” tanya seorang laki-laki yang berambut pirang.
Ini seperti de javu baginya.
NLS part 29
Untuk: Callista
Callista membaca ulang surat tersebut. Apakah dia tidak salah. Untuk? Niall menggunakan bahasa Indonesia. Apakah dia menggunakan google translate? Bagaimana bisa Niall memakai bahasa Indonesia. Callista segera membaca isi surat tersebut.
Aku tahu kau pasti sedang bertanya-tanya mengapa aku menulis surat ini menggunakan bahasa Indonesia sedangkan aku tidak bisa bahasa Indonesia. Kau tidak perlu tahu dari mana aku bisa menulis semua ini menggunakan bahasa Indonesia. Aku hanya ingin bilang tolong jaga baik-baik boneka dari ku dan juga gelang pemberianku saat natal. Karena itu sangat berarti bagiku. Oh ya, jangan lupa jika kau rindu padaku peluk saja boneka teddy bear itu. Sebenarnya aku tidak bisa membayangkan jika aku kembali ke London tidak ada dirimu. Apakah aku harus menyusulmu ke Indonesia? Itu sangat konyol. Perbedaan waktu dan jarak ini bisa membuatku gila. Aku akan selalu merindukanmu.
TTD
Niall
Callista ternganga. Apakah Niall belajar berbahasa Indonesia selama ini? Jika ia memakai google translate mengapa kalimat demi kalimat tidak ada yang salah. Meskipun disurat tersebut Niall mengatakan tidak perlu bertanya-tanya tapi ini malah semakin membuat Callista penasaran.Callista menjadi teringat Naufal karena dulu Naufal yang membantu Niall menerjemahkan kata maaf. Tetapi tidak mungkin jika Naufal yang membantu Niall kali ini. Lantas siapa?
Kehidupan Callista sekarang berjalan seperti biasa. Sesekali dia menghubungi the boys tetapi Callista dengan the boys sangat jarang berhubungan. Selain zona waktu yang memisahkan mereka tetapi pekerjaan the boys yang padat sekali sehingga Callista tidak bisa sering-sering menghubungi mereka. Jujur Callista sangat merindukan mereka sekarang ia hanya melihat mereka lewat layar laptopnya.
Callista sedang menunggu Naufal dilapangan parkir. Hari ini hari sabtu maka Callista hanya datang untuk ekskul ke sekolah. Naufal berencan mengajak Callista pergi mungkin hanya sekedar jalan-jalan, menonton, pergi ke toko buku, menonton dan makan.
Terlihat Naufal sedang berjalan ke arahnya. Kali ini
Naufal berjalan tampak terburu-buru dan juga terlihat kesal dari wajahnya. Callista sudah bisa menebak apa yang terjadi padanya. Itu pasti sama saat seperti sebelum Callista ke London. Ternyata suasana disini masih tetap sama seperti dulu. Naufal hanya tersenyum kecil pada Callista dan
menyodorkannya helm.
“Kenapa? Debat lagi waktu rapat?” tanya Callista sambil menerima helm yang diberikan Naufal.
“Iya. Kayak biasa mereka gak setuju ide yang aku kasih” kata Naufal. Callista hanya tersenyum.
“Sekarang kita mau kemana?” tanya Callista.
“Cal, kayaknya hari ini kita gak bisa jalan. Aku pulang ke rumah ya. Mungkin next time” kata Naufal.
“Lho? Kenapa?” tanya Callista.
“Lagi nggak mood aja. Pulang yuk” kata Naufal datar.
Callista memindahkan channel tidak ada yang menarik. Callista melihat layar ponselnya. Tidak ada pesan atau pun telepon. Dia benar-benar bosan.Callista membuka twitter lewat ponselnya. Dia melihat Niall sedang online di web. Mungkin saja Niall sedang online skype juga pikirnya. Callista menuju kamarnya dan menyalakan laptopnya. Benar saja Niall sedang online. Baru saja Callista akan mengirim text pada Niall. Niall sudah me-video call Callista.
“Hai Callista” sapa Niall dengan senyum lebarnya.
“Hai Niall” jawab Callista sedikit kikuk.
“Why you look at me like that?” tanya Niall.
“Wear your shirt” perintah Callista.
“Why?” tanya Niall dan melihat dirinya yang sedang bertelanjang dada.
“Am I should look at your nipples?” canda Callista.
“Yeah. You love my nipples?” tanya Niall.
“Er. Stop it Niall. It’s not funny” kata Callista sedikit kesal. Niall hanya tertawa dan Niall memakai kaosnya.
“Well. How your life?” tanya Callista.
“Good but it would be better if you were here” kata Niall. Callista tertawa.
“I miss London” kata Callista.
“Come here” kata Niall.
“2 years more” kata Callista.
“2 years. So you gonna collage here?” tanya Niall senyumnya merekah diwajahnya. Callista mengangguk.
“It’s my plan. But I don’t know” kata Callista.
“Niall” panggil Callista.
“What?” tanya Niall.
“I wanna ask you something” kata Callista.
“Go ahead” kata Niall.
“Wait a second” kata Callista. Dia kemudian mengambil kertas yang berada dimeja belajarnya.
“Tell me about this” kata Callista sambil menunjukkan isi kertas itu. Kertas itu surat dari Niall.
“Uh well...” kata Niall. Callista menunggu kata-kata selanjutnya dari Niall.
“It’s secret. I can’t tell you” kata Niall. Kemudian dia tertawa. Callista mendengus.
“Callistaaaa” teriak Natasha dari luar kamar.
“Niall. Wait a minute” kata Callista. Callista membuka pintu.
“Ada apa?” tanya Callista pada Natasha.
“Tadi loe titip ini” kata Natasha sambil memberikan Callista kantung kresek. Callista melihat isi di kresek tersebut.
“Makasih kak” kata Callista. Kemudian menutup pintu. Callista kembali pada Niall. Dia sedang makan chip ternyata.
“Hi. You back” kata Niall sambil mengunyah. Niall hanya makan saja. Callista melihat ke kantung kresek yang diberikan Natasha. Dia membukanya dan memakannya.
“What’s that? Is that chips?” tanya Niall. Callista mengangguk.
“But this chips different” kata Callista.
“Different” gumam Niall sambil memasukkan chip kedalam mulutnya.
“This chips so spicy” kata Callista. Dia melihat Niall menatap Callista sepertinya dia ingin mencicipi chips milik Callista.
“Cal. I’ve got to go. Talk to you later. Bye” kata Niall dan mematikan sambungan.
Baru saja Callista selesai mandi. Natasha mengetuk pintu kamar Callista.
“Cal, ada Naufal didepan” teriak Natasha dibalik pintu.
“Naufal?” tanya Callista.
“Iya. Cepet dia nungguin tuh diluar” kata Natasha. Callista segera mengenakan pakaiannya dan menemui Naufal diluar. Naufal sedang duduk diteras.
“Fal” panggil Callista. Naufal menoleh dan tersenyum pada Callista. Senyum Naufal kali ini berbeda sekali. Callista menjadi salah tingkah.
“Eh? Ada apa kesini?” tanya Callista. Naufal masih tersenyum kemudian berdiri.
“Kenapa gak boleh?” tanya Naufal.
“Engga gitu juga. Tadi waktu disekolah katanya gak mood”
“Sekarang udah mood. Kita keluar yuk” ajak Naufal.
“Kemana?” tanya Callista.
“Kemana-mana hatiku senang” kata Naufal.
“Yee. Bentar ganti baju dulu” kata Callista. Callista mengganti baju dengan baju yang dibelinya di London. Callista memakai tanktop galaxy, dipadukan dengan bolero denim, celana jeans dan sepatu converse merah dan rambut panjangnya dia biarkan tergerai.
“Fal” panggil Callista. Naufal menoleh dan nampak kaget melihat Callista.
“Kenapa?” tanya Callista sambil tertawa.
“Kayaknya London udah ngubah kamu ya” kata Naufal.
“Maksudnya?” tanya Callista.
“Never mind. Oh ya, kita pake taksi aja ya. Aku gak bawa motor” kata Naufal. Callista mengangguk.
“Jadi kita kemana?” tanya Callista saat ditaksi.
“Ntar juga tau deh” kata Naufal dan tersenyum pada Callista. Callista hanya mendengus.
Naufal mengeluarkan iPod miliknya. Dia memasang earphone ditelinga kanannya dan memberikan earphone sebelahnya pada Callista. Callista memasang earphone ditelinga kirinya. Dia menjadi ingat Niall. Naufal memilih lagu Dealova dia menaikkan volumenya. Lagu ini, lagu yang sangat berarti bagi Callista. Callista menatap Naufal. Naufal dia hanya memejamkan matanya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Dia orang yang susah sekali ditebak. 15 menit kemudian sudah sampai ditempat yang dituju. Callista menyenggol tangan Naufal.
“Fal, kita udah sampe” kata Callista. Naufal membuka matanya dan membayar pada supir taksi itu.
“Kita mau ngapain disini?” tanya Callista yang melihat sekelilingnya gelap.
“Mau bakar daerah sini” kata Naufal disusul tawanya.
“Ayoo. Kesana” ajak Naufal. Callista memegang tangan Naufal.
“Kita tunggu disini aja ya” kata Naufal.
“Nunggu apa?” tanya Callista.
“Ah itu udah dateng” kata Naufal. Callista benar-benar tidak mengerti dengan Naufal. Naufal menghampiri seorang laki-laki tak lama Naufal kembali membawa 4 buah kembang api.
“Aku udah bilang kita mau bakar daerah sini” canda Naufal. Callista hanya menatapnya.
Naufal menyalakan kembang api tersebut. Callista memeluk Naufal menikmati pemandangan langit yang dihiasi kembang api. Callista melihat ke arah Naufal. Naufal dia melihat ke langit. Sadar, dia dilihat Callista dia menoleh pada Callista. Mata mereka bertemu. Bibir mereka pun bertemu.
Setelah selesai Callista dan Naufal berjalan-jalan sekitar situ. Disana terdapat beberapa teman-teman Naufal. Naufal mengajak Callista untuk menghampiri mereka. Naufal meminjam gitar salah seorang temannya. Dia mengajak Callista berpisah dari teman-temannya.
“Mau ngapain Fal?” tanya Callista.
“Mau cuci piring Cal. Gak tau kenapa aku pengen nyanyiin lagu ini” kata Naufal.
“Lagu apa?” tanya Callista.
“Dengerin aja” jari-jari Naufal mulai memetik senar-senar digitar tersebut. Callista mendengarkan intro yang Naufal mainkan. Dia baru pertama kali mendenger lagu ini.
Dakara ima ai ni yuku, sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto boryumo wo agete tashikamete mitayo
OH GOODBYE DAYS ima
Kawari ki ga suru
Kinou made ni SO LONG
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA LA WITH YOU
Katahou no EARPHONE wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo
OH GOODBYE DAYS ima
Kawari hajimeta mune no oku ALLRIGHT
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA NOW WITH YOU
Dekireba kanashii omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de "YEAH HELLO MY FRIEND"
Nante sa ieta nara ii noni
Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I WISH
Kakkou yokunai yasashisa ni aeta yokatta yo
LA LA LA LA GOODBYE DAYS
Callista menelan ludahnya. Dia baru pertama kali mendengar lagu ini. Ini sepertinya lagu Jepang. Pantas saja Callista kurang menyukai lagu-lagu j-pop atau k-pop jadi memang dia baru mendengarkan lagu ini. Callista melihat Naufal setelah menyanyikan lagu itu. Naufal hanya diam saja. Tidak berkata apa-apa. Naufal hanya memandang kosong. Callista bisa merasakan nafas Naufal tidak teratur. Tiba-tiba saja Naufal menarik tangan Callista dan membawa Callista ke jalan. Naufal memberhentikan sebuah taksi. Membukakan pintu taksi. Callista masuk kedalam taksi. Naufal masih berada diluar.
“Cal, sorry. Aku gak bisa sama kamu lagi. Kita putus aja” ucap Naufal.
“Maksud kamu apa?” tanya Callista. Naufal tidak menjawab. Naufal hanya memberikan sejumlah uang pada supir taksi tersebut dan memberikan alamat rumah Callista.
“FAL” bentak Callista. Naufal tidak menggubris Callista. Naufal hanya menutup pintu taksi tersebut.
Callista benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia dan Naufal baru saja bersenang-senang dan sekarang Naufal bilang putus. Air mata mengalir dipipi Callista. Dalam satu hari Naufal bisa membuat
Callista senang dan bisa juga benar-benar menghancurkannya. Sesampainya dirumah Callista diam diteras dan menangis diteras. Dia tidak mau masuk kedalam kamarnya. Kamarnya penuh dengan foto-foto bersama Naufal. Barang-barang pemberian dari Naufal. Callista duduk melipat kakinya dan memeluk lututnya. Callista menangis. Seseorang memegang bahu Callista. Callista menoleh. Natasha memeluk Callista. Callista menangis dipelukan Natasha. Natasha menenangkan Callista.
“Kita di kamar aja yuk. Disini dingin” kata Natasha. Callista menggeleng.
“Oke. Dikamar gue” bujuk Natasha. Callista menurut.
Natasha memberikan minum pada Callista. Callista sudah sedikit agak tenang.
“Ada apa?” tanya Natasha. Callista masih sesenggukan.
“Naufal kak..” ucapannya terpotong.
“Naufal kenapa?” tanya Natasha pelan.
“Dia put-putusin aku” ucapnya masih sesenggukan. Naya menghampiri Callista dan memeluknya. Callista menangis kembali. Cukup lama Callista menangis. Setelah menangis dia langsung tidur tanpa mengganti pakaian yang dikenakannya.
“Hi. Feel better?” tanya Natasha setelah melihat Callista membuka matanya. Callista hanya diam.
“Mandi biar seger sana” perintah Natasha. Callista menurut. Dia melihat bayangannya dicermin. Sangatlah berantakan. Matanya bengkak sekali. Callista jadi ingat saat dia di London dia menangis seperti ini pula karena Naufal.
Setelah mandi. Badan Callista menjadi lebih enak. Callista ingat nyanyian Naufal semalam. Callista menjadi penasaran dengan maksud lagu yang dinyanyikan Naufal. Callista menyalakan laptopnya dan mulai browsing. Dia sedikit ingat liriknya ada kata-kata goodbye days. Callista sudah dapat liriknya sepertinya memang lagu ini yang Naufal nyanyikan semalam. Callista mencari arti dari lagu tersebut. Air matanya menetes ketika membacanya.
Ada alasannya mengapa sekarang aku memutuskan untuk menemuimu
Aku ingin memperdengarkan padamu sepotong lagu dalam sakuku ini
Sambil pelan-pelan menaikkan suaranya (volume) untuk memastikan semua baik-baik saja
Sekarang, hari perpisahan
Aku tahu perasaan ini akan berubah
Sampai kemarin (hari-hari yang kita lalui terasa) begitu lama
(Hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu
Menyerahkan padamu salah satu sisi earphone-ku
Perlahan-lahan saat lagu mulai terdengar
(Aku pun berpikir) apakah aku bisa mencintaimu dengan baik?
Dan sesekali aku merasa bimbang
Sekarang, hari perpisahan
Segalanya mulai berubah, tapi sesuatu dalam hatiku baik-baik saja
(Seperti sebelumnya, hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu, sekarang
Kalau bisa aku tidak ingin bersedih, bagaimana tidak siapnya perasaanku
Tapi kau datang kan?
Waktu itu dengan tersenyum, (tak tahu) bagaimana aku akan mengatakan "Hai, teman" dengan baik
Saat menyenandungkan lagu yang sama
Aku berharap ada di sisimu
Hari perpisahan yang tidak menyenangkan
Tapi aku senang bertemu denganmu
“Cal” panggil Natasha terengah-engah.
“Naufal dia........” ucapnya masih terengah-engah.
Callista membaca ulang surat tersebut. Apakah dia tidak salah. Untuk? Niall menggunakan bahasa Indonesia. Apakah dia menggunakan google translate? Bagaimana bisa Niall memakai bahasa Indonesia. Callista segera membaca isi surat tersebut.
Aku tahu kau pasti sedang bertanya-tanya mengapa aku menulis surat ini menggunakan bahasa Indonesia sedangkan aku tidak bisa bahasa Indonesia. Kau tidak perlu tahu dari mana aku bisa menulis semua ini menggunakan bahasa Indonesia. Aku hanya ingin bilang tolong jaga baik-baik boneka dari ku dan juga gelang pemberianku saat natal. Karena itu sangat berarti bagiku. Oh ya, jangan lupa jika kau rindu padaku peluk saja boneka teddy bear itu. Sebenarnya aku tidak bisa membayangkan jika aku kembali ke London tidak ada dirimu. Apakah aku harus menyusulmu ke Indonesia? Itu sangat konyol. Perbedaan waktu dan jarak ini bisa membuatku gila. Aku akan selalu merindukanmu.
TTD
Niall
Callista ternganga. Apakah Niall belajar berbahasa Indonesia selama ini? Jika ia memakai google translate mengapa kalimat demi kalimat tidak ada yang salah. Meskipun disurat tersebut Niall mengatakan tidak perlu bertanya-tanya tapi ini malah semakin membuat Callista penasaran.Callista menjadi teringat Naufal karena dulu Naufal yang membantu Niall menerjemahkan kata maaf. Tetapi tidak mungkin jika Naufal yang membantu Niall kali ini. Lantas siapa?
Kehidupan Callista sekarang berjalan seperti biasa. Sesekali dia menghubungi the boys tetapi Callista dengan the boys sangat jarang berhubungan. Selain zona waktu yang memisahkan mereka tetapi pekerjaan the boys yang padat sekali sehingga Callista tidak bisa sering-sering menghubungi mereka. Jujur Callista sangat merindukan mereka sekarang ia hanya melihat mereka lewat layar laptopnya.
Callista sedang menunggu Naufal dilapangan parkir. Hari ini hari sabtu maka Callista hanya datang untuk ekskul ke sekolah. Naufal berencan mengajak Callista pergi mungkin hanya sekedar jalan-jalan, menonton, pergi ke toko buku, menonton dan makan.
Terlihat Naufal sedang berjalan ke arahnya. Kali ini
Naufal berjalan tampak terburu-buru dan juga terlihat kesal dari wajahnya. Callista sudah bisa menebak apa yang terjadi padanya. Itu pasti sama saat seperti sebelum Callista ke London. Ternyata suasana disini masih tetap sama seperti dulu. Naufal hanya tersenyum kecil pada Callista dan
menyodorkannya helm.
“Kenapa? Debat lagi waktu rapat?” tanya Callista sambil menerima helm yang diberikan Naufal.
“Iya. Kayak biasa mereka gak setuju ide yang aku kasih” kata Naufal. Callista hanya tersenyum.
“Sekarang kita mau kemana?” tanya Callista.
“Cal, kayaknya hari ini kita gak bisa jalan. Aku pulang ke rumah ya. Mungkin next time” kata Naufal.
“Lho? Kenapa?” tanya Callista.
“Lagi nggak mood aja. Pulang yuk” kata Naufal datar.
Callista memindahkan channel tidak ada yang menarik. Callista melihat layar ponselnya. Tidak ada pesan atau pun telepon. Dia benar-benar bosan.Callista membuka twitter lewat ponselnya. Dia melihat Niall sedang online di web. Mungkin saja Niall sedang online skype juga pikirnya. Callista menuju kamarnya dan menyalakan laptopnya. Benar saja Niall sedang online. Baru saja Callista akan mengirim text pada Niall. Niall sudah me-video call Callista.
“Hai Callista” sapa Niall dengan senyum lebarnya.
“Hai Niall” jawab Callista sedikit kikuk.
“Why you look at me like that?” tanya Niall.
“Wear your shirt” perintah Callista.
“Why?” tanya Niall dan melihat dirinya yang sedang bertelanjang dada.
“Am I should look at your nipples?” canda Callista.
“Yeah. You love my nipples?” tanya Niall.
“Er. Stop it Niall. It’s not funny” kata Callista sedikit kesal. Niall hanya tertawa dan Niall memakai kaosnya.
“Well. How your life?” tanya Callista.
“Good but it would be better if you were here” kata Niall. Callista tertawa.
“I miss London” kata Callista.
“Come here” kata Niall.
“2 years more” kata Callista.
“2 years. So you gonna collage here?” tanya Niall senyumnya merekah diwajahnya. Callista mengangguk.
“It’s my plan. But I don’t know” kata Callista.
“Niall” panggil Callista.
“What?” tanya Niall.
“I wanna ask you something” kata Callista.
“Go ahead” kata Niall.
“Wait a second” kata Callista. Dia kemudian mengambil kertas yang berada dimeja belajarnya.
“Tell me about this” kata Callista sambil menunjukkan isi kertas itu. Kertas itu surat dari Niall.
“Uh well...” kata Niall. Callista menunggu kata-kata selanjutnya dari Niall.
“It’s secret. I can’t tell you” kata Niall. Kemudian dia tertawa. Callista mendengus.
“Callistaaaa” teriak Natasha dari luar kamar.
“Niall. Wait a minute” kata Callista. Callista membuka pintu.
“Ada apa?” tanya Callista pada Natasha.
“Tadi loe titip ini” kata Natasha sambil memberikan Callista kantung kresek. Callista melihat isi di kresek tersebut.
“Makasih kak” kata Callista. Kemudian menutup pintu. Callista kembali pada Niall. Dia sedang makan chip ternyata.
“Hi. You back” kata Niall sambil mengunyah. Niall hanya makan saja. Callista melihat ke kantung kresek yang diberikan Natasha. Dia membukanya dan memakannya.
“What’s that? Is that chips?” tanya Niall. Callista mengangguk.
“But this chips different” kata Callista.
“Different” gumam Niall sambil memasukkan chip kedalam mulutnya.
“This chips so spicy” kata Callista. Dia melihat Niall menatap Callista sepertinya dia ingin mencicipi chips milik Callista.
“Cal. I’ve got to go. Talk to you later. Bye” kata Niall dan mematikan sambungan.
Baru saja Callista selesai mandi. Natasha mengetuk pintu kamar Callista.
“Cal, ada Naufal didepan” teriak Natasha dibalik pintu.
“Naufal?” tanya Callista.
“Iya. Cepet dia nungguin tuh diluar” kata Natasha. Callista segera mengenakan pakaiannya dan menemui Naufal diluar. Naufal sedang duduk diteras.
“Fal” panggil Callista. Naufal menoleh dan tersenyum pada Callista. Senyum Naufal kali ini berbeda sekali. Callista menjadi salah tingkah.
“Eh? Ada apa kesini?” tanya Callista. Naufal masih tersenyum kemudian berdiri.
“Kenapa gak boleh?” tanya Naufal.
“Engga gitu juga. Tadi waktu disekolah katanya gak mood”
“Sekarang udah mood. Kita keluar yuk” ajak Naufal.
“Kemana?” tanya Callista.
“Kemana-mana hatiku senang” kata Naufal.
“Yee. Bentar ganti baju dulu” kata Callista. Callista mengganti baju dengan baju yang dibelinya di London. Callista memakai tanktop galaxy, dipadukan dengan bolero denim, celana jeans dan sepatu converse merah dan rambut panjangnya dia biarkan tergerai.
“Fal” panggil Callista. Naufal menoleh dan nampak kaget melihat Callista.
“Kenapa?” tanya Callista sambil tertawa.
“Kayaknya London udah ngubah kamu ya” kata Naufal.
“Maksudnya?” tanya Callista.
“Never mind. Oh ya, kita pake taksi aja ya. Aku gak bawa motor” kata Naufal. Callista mengangguk.
“Jadi kita kemana?” tanya Callista saat ditaksi.
“Ntar juga tau deh” kata Naufal dan tersenyum pada Callista. Callista hanya mendengus.
Naufal mengeluarkan iPod miliknya. Dia memasang earphone ditelinga kanannya dan memberikan earphone sebelahnya pada Callista. Callista memasang earphone ditelinga kirinya. Dia menjadi ingat Niall. Naufal memilih lagu Dealova dia menaikkan volumenya. Lagu ini, lagu yang sangat berarti bagi Callista. Callista menatap Naufal. Naufal dia hanya memejamkan matanya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Dia orang yang susah sekali ditebak. 15 menit kemudian sudah sampai ditempat yang dituju. Callista menyenggol tangan Naufal.
“Fal, kita udah sampe” kata Callista. Naufal membuka matanya dan membayar pada supir taksi itu.
“Kita mau ngapain disini?” tanya Callista yang melihat sekelilingnya gelap.
“Mau bakar daerah sini” kata Naufal disusul tawanya.
“Ayoo. Kesana” ajak Naufal. Callista memegang tangan Naufal.
“Kita tunggu disini aja ya” kata Naufal.
“Nunggu apa?” tanya Callista.
“Ah itu udah dateng” kata Naufal. Callista benar-benar tidak mengerti dengan Naufal. Naufal menghampiri seorang laki-laki tak lama Naufal kembali membawa 4 buah kembang api.
“Aku udah bilang kita mau bakar daerah sini” canda Naufal. Callista hanya menatapnya.
Naufal menyalakan kembang api tersebut. Callista memeluk Naufal menikmati pemandangan langit yang dihiasi kembang api. Callista melihat ke arah Naufal. Naufal dia melihat ke langit. Sadar, dia dilihat Callista dia menoleh pada Callista. Mata mereka bertemu. Bibir mereka pun bertemu.
Setelah selesai Callista dan Naufal berjalan-jalan sekitar situ. Disana terdapat beberapa teman-teman Naufal. Naufal mengajak Callista untuk menghampiri mereka. Naufal meminjam gitar salah seorang temannya. Dia mengajak Callista berpisah dari teman-temannya.
“Mau ngapain Fal?” tanya Callista.
“Mau cuci piring Cal. Gak tau kenapa aku pengen nyanyiin lagu ini” kata Naufal.
“Lagu apa?” tanya Callista.
“Dengerin aja” jari-jari Naufal mulai memetik senar-senar digitar tersebut. Callista mendengarkan intro yang Naufal mainkan. Dia baru pertama kali mendenger lagu ini.
Dakara ima ai ni yuku, sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto boryumo wo agete tashikamete mitayo
OH GOODBYE DAYS ima
Kawari ki ga suru
Kinou made ni SO LONG
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA LA WITH YOU
Katahou no EARPHONE wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo
OH GOODBYE DAYS ima
Kawari hajimeta mune no oku ALLRIGHT
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA NOW WITH YOU
Dekireba kanashii omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de "YEAH HELLO MY FRIEND"
Nante sa ieta nara ii noni
Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I WISH
Kakkou yokunai yasashisa ni aeta yokatta yo
LA LA LA LA GOODBYE DAYS
Callista menelan ludahnya. Dia baru pertama kali mendengar lagu ini. Ini sepertinya lagu Jepang. Pantas saja Callista kurang menyukai lagu-lagu j-pop atau k-pop jadi memang dia baru mendengarkan lagu ini. Callista melihat Naufal setelah menyanyikan lagu itu. Naufal hanya diam saja. Tidak berkata apa-apa. Naufal hanya memandang kosong. Callista bisa merasakan nafas Naufal tidak teratur. Tiba-tiba saja Naufal menarik tangan Callista dan membawa Callista ke jalan. Naufal memberhentikan sebuah taksi. Membukakan pintu taksi. Callista masuk kedalam taksi. Naufal masih berada diluar.
“Cal, sorry. Aku gak bisa sama kamu lagi. Kita putus aja” ucap Naufal.
“Maksud kamu apa?” tanya Callista. Naufal tidak menjawab. Naufal hanya memberikan sejumlah uang pada supir taksi tersebut dan memberikan alamat rumah Callista.
“FAL” bentak Callista. Naufal tidak menggubris Callista. Naufal hanya menutup pintu taksi tersebut.
Callista benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia dan Naufal baru saja bersenang-senang dan sekarang Naufal bilang putus. Air mata mengalir dipipi Callista. Dalam satu hari Naufal bisa membuat
Callista senang dan bisa juga benar-benar menghancurkannya. Sesampainya dirumah Callista diam diteras dan menangis diteras. Dia tidak mau masuk kedalam kamarnya. Kamarnya penuh dengan foto-foto bersama Naufal. Barang-barang pemberian dari Naufal. Callista duduk melipat kakinya dan memeluk lututnya. Callista menangis. Seseorang memegang bahu Callista. Callista menoleh. Natasha memeluk Callista. Callista menangis dipelukan Natasha. Natasha menenangkan Callista.
“Kita di kamar aja yuk. Disini dingin” kata Natasha. Callista menggeleng.
“Oke. Dikamar gue” bujuk Natasha. Callista menurut.
Natasha memberikan minum pada Callista. Callista sudah sedikit agak tenang.
“Ada apa?” tanya Natasha. Callista masih sesenggukan.
“Naufal kak..” ucapannya terpotong.
“Naufal kenapa?” tanya Natasha pelan.
“Dia put-putusin aku” ucapnya masih sesenggukan. Naya menghampiri Callista dan memeluknya. Callista menangis kembali. Cukup lama Callista menangis. Setelah menangis dia langsung tidur tanpa mengganti pakaian yang dikenakannya.
“Hi. Feel better?” tanya Natasha setelah melihat Callista membuka matanya. Callista hanya diam.
“Mandi biar seger sana” perintah Natasha. Callista menurut. Dia melihat bayangannya dicermin. Sangatlah berantakan. Matanya bengkak sekali. Callista jadi ingat saat dia di London dia menangis seperti ini pula karena Naufal.
Setelah mandi. Badan Callista menjadi lebih enak. Callista ingat nyanyian Naufal semalam. Callista menjadi penasaran dengan maksud lagu yang dinyanyikan Naufal. Callista menyalakan laptopnya dan mulai browsing. Dia sedikit ingat liriknya ada kata-kata goodbye days. Callista sudah dapat liriknya sepertinya memang lagu ini yang Naufal nyanyikan semalam. Callista mencari arti dari lagu tersebut. Air matanya menetes ketika membacanya.
Ada alasannya mengapa sekarang aku memutuskan untuk menemuimu
Aku ingin memperdengarkan padamu sepotong lagu dalam sakuku ini
Sambil pelan-pelan menaikkan suaranya (volume) untuk memastikan semua baik-baik saja
Sekarang, hari perpisahan
Aku tahu perasaan ini akan berubah
Sampai kemarin (hari-hari yang kita lalui terasa) begitu lama
(Hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu
Menyerahkan padamu salah satu sisi earphone-ku
Perlahan-lahan saat lagu mulai terdengar
(Aku pun berpikir) apakah aku bisa mencintaimu dengan baik?
Dan sesekali aku merasa bimbang
Sekarang, hari perpisahan
Segalanya mulai berubah, tapi sesuatu dalam hatiku baik-baik saja
(Seperti sebelumnya, hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu, sekarang
Kalau bisa aku tidak ingin bersedih, bagaimana tidak siapnya perasaanku
Tapi kau datang kan?
Waktu itu dengan tersenyum, (tak tahu) bagaimana aku akan mengatakan "Hai, teman" dengan baik
Saat menyenandungkan lagu yang sama
Aku berharap ada di sisimu
Hari perpisahan yang tidak menyenangkan
Tapi aku senang bertemu denganmu
“Cal” panggil Natasha terengah-engah.
“Naufal dia........” ucapnya masih terengah-engah.
Jumat, 06 Juli 2012
NLS part 28
Niall’s POV---------------------
“Can you drive faster?” tanya Niall pada supirnya.
“C’mon I’m in hurry” kata Niall setengah berteriak.
Supirnya kemudian mengemudikannya lebih cepat.
Kemarin malam Niall baru saja kembali dari Swedia. Tetapi Niall terlambat bangun. Dia kembali hanya untuk melihat Callista sebelum dia kembali ke Indonesia. Karena Niall tahu dia tidak akan bertemu Callista dalam waktu dekat. Akhirnya sampai juga di bandara tetapi saat Niall melihat jam ternyata dia sudah terlambat. Niall mengambil hadiah yang akan diberikannya pada Callista dan dia berlari mencari Callista.
Terlambat. Niall terlambat. Dia sudah mencari Callista kemana-mana dan tidak menemukannya. Niall duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Kalau saja saat alarm tadi menyala Niall tidak tidur lagi mungkin dia bisa bertemu Callista saat ini. Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Niall. Niall menoleh dan sepertinya Niall mengenal orang ini.
“Niall, right?” tanya gadis tersebut. Niall hanya mengangguk. Niall sepertinya sebelumnya melihat gadis ini.
“Remember me?” tanya gadis itu. Niall hanya menatapnya dengan tatapan bingung.
“I’m Naya” kata gadis tersebut. “Naya?” tanya Niall balik sepertinya dia pernah mendengar nama Naya.
“Oh gosh. I’m Callista’s friend remember?” kata Naya. Niall hampir berteriak saat dia mendengar nama Callista. Akhirnya dia bisa menemukannya. Tapi tunggu mengapa Naya tidak bersama Callista.
“oh yeah. I remember” kata Niall. Sekarang dia ingat Naya dulu Naya dan Callista pernah menjemput the boys dibandara.
“Where’s Callista?” tanya Niall.
“She has just gone” kata Naya. “Seriously?” tanya Niall. Naya mengangguk.
“But, why are you still here?” tanya Niall.
“Oh, I missed my flight” kata Naya.
“How could?” tanya Niall.
“It’s a long story” kata Naya.
“Argh. I was fool” kata Niall berteriak dengan kesal.
“You here to meet her?” tanya Naya. Niall mengangguk. Naya menepuk-nepuk bahu Niall.
“You love her?” tanya Naya.
“What do you think about a guy have a job in Sweden. He flight to London just to meet a girl even the girl has a boyfriend” kata Niall kesal sambil mengacak-acak rambutnya.
“You know the girl has a boyfriend. Why you don’t move on from her?” tanya Naya.
“It’s not easy as you seem” kata Niall.
“Are you regret for loving her?” tanya Naya.
“Of course not. You are a paps or what?” kata Niall kesal karena Naya bertanya-tanya pada Niall.
“Calm down. Callista is my best firend” kata Naya.
“You really love her” kata Naya.
“Yeah. You can see I love her so much” kata Niall.
“Thanks for loving me Niall” terdengar bisikan suara ditelinga Niall. Niall terperanjat. Jantung Niall berdetak lebih cepat. Suara khas ini tentu saja Niall tahu pemilik suara ini. Niall menoleh dan Callista tersenyum lebar dengan senyuman yang membuat Niall jatuh cinta padanya.
“Wait. What you pranked me?” tanya Niall. Naya dan Callista tertawa.
“Yeah. So, we draw” kata Callista dengan wajah penuh kepuasan.
“My flight was delay for 1 hour Niall. So, I have free time about 30 minutes” kata Callista.
“This is for you” Niall memberikan Callista sebuah teddy bear berwarna putih yang sangat besar. Callista menerima teddy bear tersebut dengan senang hati.
“Thanks Niall” kata Callista kemudian Callista tersenyum. Niall mengalihkan pandangannya senyuman itu tidak akan Niall lupakan. Hening. Entah mengapa Niall menjadi kehabisan kata-kata apabila bersama Callista.
“You flight from Sweden just for me” kata Callista. Niall hanya mengangguk kikuk.
“Niall” panggil Callista. Niall hanya memandangnya lekat-lekat memandang kedua mata coklatnya. Mata itulah yang membuatnya jatuh.
“Thanks. Thank you Niall” kata Callista terlihat matanya berkaca-kaca.
“Are you crying?” tanya Niall khawatir.
“I’m so happy Niall. Thank you” kata Callista.
“Cal, ayo yang lain udah kumpul” ajak Naya.
“Oke. Gue kesana” jawab Callista.
Callista berdiri Niall ikut beridiri. Callista memandang Niall dan memeluknya. Niall memeluk Callista erat seakan tidak mau Callista pergi kembali ke Indonesia. Niall merasakan bajunya basah. Callista menangis. Bahkan Niall ikut mengeluarkan air mata.
“Good bye Niall James Horan” bisik Callista sambil melepaskan pelukannya.
“Don’t say goodbye. Someday, we’ll meet again” kata Niall. Callista hanya tersenyum.
“See ya Niall” kata Callista. Niall hanya melambaikan tangannya dan memandang punggung Callista yang semakin lama semakin menghilang.
“When will I see you again Callista?” ucap Niall lirih dan berjalan keluar meninggalkan bandara.
Callista’s POV-----------
Callista memandang jendela dengan tatapan kosong. Bahkan dirinya sendiri pun tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Callista melihat ke arah Naya. Sahabatnya sudah tertidur pulas. Callista memandang ke arah jendela yang memperlihatkan hamparan hijau.
Sebenarnya Callista bingung dengan perasaanya sendiri terhadap Niall. Jika Callista hanya sekedar mengidolakannya mengapa begitu berat untuk meninggalkannya. Callista menutup kedua matanya mencoba untuk menenangkan dirinya.
“Niall why you do that to me?!” teriak Callista sambil menangis. Niall hanya diam dan menunduk terlihat dari wajahnya dia merasa sangat bersalah. Callista ikut diam.
“I’m disappointed” kata Callista yang sudah bisa mengatur emosinya. Niall hendak memeluk Callista tetapi Callista menghindar. Mata Niall melebar ia tampaknya sangat kaget.
“Don’t!!” ucap Callista terengah-engah. “Ever meet me again” bentak Callista dan meninggalkan Niall.
“Cal. Callista bangun” sayup-sayup suara terdengar. Callista membuka matanya. Dia kaget sekali saat melihat Naya. Naya menatapnya bingung.
“Loe kenapa?” tanya Naya khawatir. Callista hanya diam. Naya menyodorkan air mineral pada Callista agar ia lebih tenang.
“Gue mimpi buruk” kata Callista setelah meminum air mineral.
“Mimpi apa?” tanya Naya. Callista memandang Naya menimbang apakah perlu ia menceritakan mimpinya.
“Pokoknya di mimpi gue. Gue berantem hebat sama Niall” kata Callista.
“Mimpi cuman bunga tidur Cal” kata Naya. Callista tahu itu dia meminum kembali air mineral tersebut.
Callista sedang mencari keluarganya yang datang untuk menjemputnya. Barang bawaan Callista benar-benar banyak sekali. Koper, tas, oleh-oleh yang dibawanya dan juga boneka teddy bear besar dari Niall. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilnya.
“Callis” teriak seseorang. Callis adalah panggilan dari Naufal dulu. Callista mencari sumber suara tersebut dan ternyata benar itu Naufal dan disana lengkap dengan Ayah, Ibu Callista dan juga Natasha. Naufal menghampiri Callista dan memeluknya erat sekali. Kemudian ia membantunya membawakan barang bawaannya.
Callista menghampiri ke dua orang tuanya dan memeluknya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan orang tuanya. Callista bahkan menitikkan air mata saking rindunya pada kedua orang tuanya. Kemudia Callista memeluk Natasha. Natasha sekarang dia sudah berubah semakin nampak feminim.
Callista benar-benar pusing sekali. Selain karena selama ber jam-jam perjalan juga karena zona waktu Indonesia dan London yang berbeda cukup jauh. Callista bahkan sudah tidak peduli lagi jam berapa sekarang. Dia hanya ingin sampai dirumah dan istirahat.
“Kita pulang aja. Call udah pusing banget” kata Callista terlihat agak pucat.
“Boneka itu dari siapa? Niall?” tanya Naufal saat dimobil. Callista mengangguk. Naufal tidak berkata apa-apa lagi.
“Om, saya turun disini aja” kata Naufal pada ayah Callista. Callista memandang Naufal dengan tatapan bingung.
“Itu depan rumah aku. Lagian kamu butuh istirahat aku gak mau ganggu kamu” kata Naufal. Callista mengangguk dan tersenyum. Ayah Callista memberhentikan mobilnya.
Callista telah selesai menaruh barang-barangnya ke kamar. Dia merebahkan dirinya ditempat tidur. Sudah lama dia tidak tidur disini. Callista melihat keseliling kamarnya tidak ada yang berubah masih sama dengan dulu penuh dengan poster 1D. Callista tertawa mengingat semuanya lucu sekali dulu dia hanya seorang fans tetapi sekarang dia bahkan menjadi sahabat dan juga orang yang Niall cintai. Callista melihat teddy bear yang diberikan Niall. Dia mengambil boneka tersebut. Callista melihat-lihat boneka tersebut. Tak sengaja ada sehelai kertas jatuh. Sepertinya itu berasal dari boneka tersebut. Callista mengambilnya itu ternyata sebuah surat dari Niall.
“Can you drive faster?” tanya Niall pada supirnya.
“C’mon I’m in hurry” kata Niall setengah berteriak.
Supirnya kemudian mengemudikannya lebih cepat.
Kemarin malam Niall baru saja kembali dari Swedia. Tetapi Niall terlambat bangun. Dia kembali hanya untuk melihat Callista sebelum dia kembali ke Indonesia. Karena Niall tahu dia tidak akan bertemu Callista dalam waktu dekat. Akhirnya sampai juga di bandara tetapi saat Niall melihat jam ternyata dia sudah terlambat. Niall mengambil hadiah yang akan diberikannya pada Callista dan dia berlari mencari Callista.
Terlambat. Niall terlambat. Dia sudah mencari Callista kemana-mana dan tidak menemukannya. Niall duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Kalau saja saat alarm tadi menyala Niall tidak tidur lagi mungkin dia bisa bertemu Callista saat ini. Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Niall. Niall menoleh dan sepertinya Niall mengenal orang ini.
“Niall, right?” tanya gadis tersebut. Niall hanya mengangguk. Niall sepertinya sebelumnya melihat gadis ini.
“Remember me?” tanya gadis itu. Niall hanya menatapnya dengan tatapan bingung.
“I’m Naya” kata gadis tersebut. “Naya?” tanya Niall balik sepertinya dia pernah mendengar nama Naya.
“Oh gosh. I’m Callista’s friend remember?” kata Naya. Niall hampir berteriak saat dia mendengar nama Callista. Akhirnya dia bisa menemukannya. Tapi tunggu mengapa Naya tidak bersama Callista.
“oh yeah. I remember” kata Niall. Sekarang dia ingat Naya dulu Naya dan Callista pernah menjemput the boys dibandara.
“Where’s Callista?” tanya Niall.
“She has just gone” kata Naya. “Seriously?” tanya Niall. Naya mengangguk.
“But, why are you still here?” tanya Niall.
“Oh, I missed my flight” kata Naya.
“How could?” tanya Niall.
“It’s a long story” kata Naya.
“Argh. I was fool” kata Niall berteriak dengan kesal.
“You here to meet her?” tanya Naya. Niall mengangguk. Naya menepuk-nepuk bahu Niall.
“You love her?” tanya Naya.
“What do you think about a guy have a job in Sweden. He flight to London just to meet a girl even the girl has a boyfriend” kata Niall kesal sambil mengacak-acak rambutnya.
“You know the girl has a boyfriend. Why you don’t move on from her?” tanya Naya.
“It’s not easy as you seem” kata Niall.
“Are you regret for loving her?” tanya Naya.
“Of course not. You are a paps or what?” kata Niall kesal karena Naya bertanya-tanya pada Niall.
“Calm down. Callista is my best firend” kata Naya.
“You really love her” kata Naya.
“Yeah. You can see I love her so much” kata Niall.
“Thanks for loving me Niall” terdengar bisikan suara ditelinga Niall. Niall terperanjat. Jantung Niall berdetak lebih cepat. Suara khas ini tentu saja Niall tahu pemilik suara ini. Niall menoleh dan Callista tersenyum lebar dengan senyuman yang membuat Niall jatuh cinta padanya.
“Wait. What you pranked me?” tanya Niall. Naya dan Callista tertawa.
“Yeah. So, we draw” kata Callista dengan wajah penuh kepuasan.
“My flight was delay for 1 hour Niall. So, I have free time about 30 minutes” kata Callista.
“This is for you” Niall memberikan Callista sebuah teddy bear berwarna putih yang sangat besar. Callista menerima teddy bear tersebut dengan senang hati.
“Thanks Niall” kata Callista kemudian Callista tersenyum. Niall mengalihkan pandangannya senyuman itu tidak akan Niall lupakan. Hening. Entah mengapa Niall menjadi kehabisan kata-kata apabila bersama Callista.
“You flight from Sweden just for me” kata Callista. Niall hanya mengangguk kikuk.
“Niall” panggil Callista. Niall hanya memandangnya lekat-lekat memandang kedua mata coklatnya. Mata itulah yang membuatnya jatuh.
“Thanks. Thank you Niall” kata Callista terlihat matanya berkaca-kaca.
“Are you crying?” tanya Niall khawatir.
“I’m so happy Niall. Thank you” kata Callista.
“Cal, ayo yang lain udah kumpul” ajak Naya.
“Oke. Gue kesana” jawab Callista.
Callista berdiri Niall ikut beridiri. Callista memandang Niall dan memeluknya. Niall memeluk Callista erat seakan tidak mau Callista pergi kembali ke Indonesia. Niall merasakan bajunya basah. Callista menangis. Bahkan Niall ikut mengeluarkan air mata.
“Good bye Niall James Horan” bisik Callista sambil melepaskan pelukannya.
“Don’t say goodbye. Someday, we’ll meet again” kata Niall. Callista hanya tersenyum.
“See ya Niall” kata Callista. Niall hanya melambaikan tangannya dan memandang punggung Callista yang semakin lama semakin menghilang.
“When will I see you again Callista?” ucap Niall lirih dan berjalan keluar meninggalkan bandara.
Callista’s POV-----------
Callista memandang jendela dengan tatapan kosong. Bahkan dirinya sendiri pun tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Callista melihat ke arah Naya. Sahabatnya sudah tertidur pulas. Callista memandang ke arah jendela yang memperlihatkan hamparan hijau.
Sebenarnya Callista bingung dengan perasaanya sendiri terhadap Niall. Jika Callista hanya sekedar mengidolakannya mengapa begitu berat untuk meninggalkannya. Callista menutup kedua matanya mencoba untuk menenangkan dirinya.
“Niall why you do that to me?!” teriak Callista sambil menangis. Niall hanya diam dan menunduk terlihat dari wajahnya dia merasa sangat bersalah. Callista ikut diam.
“I’m disappointed” kata Callista yang sudah bisa mengatur emosinya. Niall hendak memeluk Callista tetapi Callista menghindar. Mata Niall melebar ia tampaknya sangat kaget.
“Don’t!!” ucap Callista terengah-engah. “Ever meet me again” bentak Callista dan meninggalkan Niall.
“Cal. Callista bangun” sayup-sayup suara terdengar. Callista membuka matanya. Dia kaget sekali saat melihat Naya. Naya menatapnya bingung.
“Loe kenapa?” tanya Naya khawatir. Callista hanya diam. Naya menyodorkan air mineral pada Callista agar ia lebih tenang.
“Gue mimpi buruk” kata Callista setelah meminum air mineral.
“Mimpi apa?” tanya Naya. Callista memandang Naya menimbang apakah perlu ia menceritakan mimpinya.
“Pokoknya di mimpi gue. Gue berantem hebat sama Niall” kata Callista.
“Mimpi cuman bunga tidur Cal” kata Naya. Callista tahu itu dia meminum kembali air mineral tersebut.
Callista sedang mencari keluarganya yang datang untuk menjemputnya. Barang bawaan Callista benar-benar banyak sekali. Koper, tas, oleh-oleh yang dibawanya dan juga boneka teddy bear besar dari Niall. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilnya.
“Callis” teriak seseorang. Callis adalah panggilan dari Naufal dulu. Callista mencari sumber suara tersebut dan ternyata benar itu Naufal dan disana lengkap dengan Ayah, Ibu Callista dan juga Natasha. Naufal menghampiri Callista dan memeluknya erat sekali. Kemudian ia membantunya membawakan barang bawaannya.
Callista menghampiri ke dua orang tuanya dan memeluknya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan orang tuanya. Callista bahkan menitikkan air mata saking rindunya pada kedua orang tuanya. Kemudia Callista memeluk Natasha. Natasha sekarang dia sudah berubah semakin nampak feminim.
Callista benar-benar pusing sekali. Selain karena selama ber jam-jam perjalan juga karena zona waktu Indonesia dan London yang berbeda cukup jauh. Callista bahkan sudah tidak peduli lagi jam berapa sekarang. Dia hanya ingin sampai dirumah dan istirahat.
“Kita pulang aja. Call udah pusing banget” kata Callista terlihat agak pucat.
“Boneka itu dari siapa? Niall?” tanya Naufal saat dimobil. Callista mengangguk. Naufal tidak berkata apa-apa lagi.
“Om, saya turun disini aja” kata Naufal pada ayah Callista. Callista memandang Naufal dengan tatapan bingung.
“Itu depan rumah aku. Lagian kamu butuh istirahat aku gak mau ganggu kamu” kata Naufal. Callista mengangguk dan tersenyum. Ayah Callista memberhentikan mobilnya.
Callista telah selesai menaruh barang-barangnya ke kamar. Dia merebahkan dirinya ditempat tidur. Sudah lama dia tidak tidur disini. Callista melihat keseliling kamarnya tidak ada yang berubah masih sama dengan dulu penuh dengan poster 1D. Callista tertawa mengingat semuanya lucu sekali dulu dia hanya seorang fans tetapi sekarang dia bahkan menjadi sahabat dan juga orang yang Niall cintai. Callista melihat teddy bear yang diberikan Niall. Dia mengambil boneka tersebut. Callista melihat-lihat boneka tersebut. Tak sengaja ada sehelai kertas jatuh. Sepertinya itu berasal dari boneka tersebut. Callista mengambilnya itu ternyata sebuah surat dari Niall.
Langganan:
Postingan (Atom)