Niall’s POV---------------------
“Can you drive faster?” tanya Niall pada supirnya.
“C’mon I’m in hurry” kata Niall setengah berteriak.
Supirnya kemudian mengemudikannya lebih cepat.
Kemarin malam Niall baru saja kembali dari Swedia. Tetapi Niall
terlambat bangun. Dia kembali hanya untuk melihat Callista sebelum dia
kembali ke Indonesia. Karena Niall tahu dia tidak akan bertemu Callista
dalam waktu dekat. Akhirnya sampai juga di bandara tetapi saat Niall
melihat jam ternyata dia sudah terlambat. Niall mengambil hadiah yang
akan diberikannya pada Callista dan dia berlari mencari Callista.
Terlambat. Niall terlambat. Dia sudah mencari Callista kemana-mana dan
tidak menemukannya. Niall duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua
tangannya. Kalau saja saat alarm tadi menyala Niall tidak tidur lagi
mungkin dia bisa bertemu Callista saat ini. Tiba-tiba saja seseorang
menepuk pundak Niall. Niall menoleh dan sepertinya Niall mengenal orang
ini.
“Niall, right?” tanya gadis tersebut. Niall hanya mengangguk. Niall sepertinya sebelumnya melihat gadis ini.
“Remember me?” tanya gadis itu. Niall hanya menatapnya dengan tatapan bingung.
“I’m Naya” kata gadis tersebut. “Naya?” tanya Niall balik sepertinya dia pernah mendengar nama Naya.
“Oh gosh. I’m Callista’s friend remember?” kata Naya. Niall hampir
berteriak saat dia mendengar nama Callista. Akhirnya dia bisa
menemukannya. Tapi tunggu mengapa Naya tidak bersama Callista.
“oh yeah. I remember” kata Niall. Sekarang dia ingat Naya dulu Naya dan Callista pernah menjemput the boys dibandara.
“Where’s Callista?” tanya Niall.
“She has just gone” kata Naya. “Seriously?” tanya Niall. Naya mengangguk.
“But, why are you still here?” tanya Niall.
“Oh, I missed my flight” kata Naya.
“How could?” tanya Niall.
“It’s a long story” kata Naya.
“Argh. I was fool” kata Niall berteriak dengan kesal.
“You here to meet her?” tanya Naya. Niall mengangguk. Naya menepuk-nepuk bahu Niall.
“You love her?” tanya Naya.
“What do you think about a guy have a job in Sweden. He flight to London
just to meet a girl even the girl has a boyfriend” kata Niall kesal
sambil mengacak-acak rambutnya.
“You know the girl has a boyfriend. Why you don’t move on from her?” tanya Naya.
“It’s not easy as you seem” kata Niall.
“Are you regret for loving her?” tanya Naya.
“Of course not. You are a paps or what?” kata Niall kesal karena Naya bertanya-tanya pada Niall.
“Calm down. Callista is my best firend” kata Naya.
“You really love her” kata Naya.
“Yeah. You can see I love her so much” kata Niall.
“Thanks for loving me Niall” terdengar bisikan suara ditelinga Niall.
Niall terperanjat. Jantung Niall berdetak lebih cepat. Suara khas ini
tentu saja Niall tahu pemilik suara ini. Niall menoleh dan Callista
tersenyum lebar dengan senyuman yang membuat Niall jatuh cinta padanya.
“Wait. What you pranked me?” tanya Niall. Naya dan Callista tertawa.
“Yeah. So, we draw” kata Callista dengan wajah penuh kepuasan.
“My flight was delay for 1 hour Niall. So, I have free time about 30 minutes” kata Callista.
“This is for you” Niall memberikan Callista sebuah teddy bear berwarna
putih yang sangat besar. Callista menerima teddy bear tersebut dengan
senang hati.
“Thanks Niall” kata Callista kemudian Callista tersenyum. Niall
mengalihkan pandangannya senyuman itu tidak akan Niall lupakan. Hening.
Entah mengapa Niall menjadi kehabisan kata-kata apabila bersama
Callista.
“You flight from Sweden just for me” kata Callista. Niall hanya mengangguk kikuk.
“Niall” panggil Callista. Niall hanya memandangnya lekat-lekat memandang
kedua mata coklatnya. Mata itulah yang membuatnya jatuh.
“Thanks. Thank you Niall” kata Callista terlihat matanya berkaca-kaca.
“Are you crying?” tanya Niall khawatir.
“I’m so happy Niall. Thank you” kata Callista.
“Cal, ayo yang lain udah kumpul” ajak Naya.
“Oke. Gue kesana” jawab Callista.
Callista berdiri Niall ikut beridiri. Callista memandang Niall dan
memeluknya. Niall memeluk Callista erat seakan tidak mau Callista pergi
kembali ke Indonesia. Niall merasakan bajunya basah. Callista menangis.
Bahkan Niall ikut mengeluarkan air mata.
“Good bye Niall James Horan” bisik Callista sambil melepaskan pelukannya.
“Don’t say goodbye. Someday, we’ll meet again” kata Niall. Callista hanya tersenyum.
“See ya Niall” kata Callista. Niall hanya melambaikan tangannya dan
memandang punggung Callista yang semakin lama semakin menghilang.
“When will I see you again Callista?” ucap Niall lirih dan berjalan keluar meninggalkan bandara.
Callista’s POV-----------
Callista memandang jendela dengan tatapan kosong. Bahkan dirinya sendiri
pun tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Callista melihat ke arah
Naya. Sahabatnya sudah tertidur pulas. Callista memandang ke arah
jendela yang memperlihatkan hamparan hijau.
Sebenarnya Callista bingung dengan perasaanya sendiri terhadap Niall.
Jika Callista hanya sekedar mengidolakannya mengapa begitu berat untuk
meninggalkannya. Callista menutup kedua matanya mencoba untuk
menenangkan dirinya.
“Niall why you do that to me?!” teriak Callista sambil menangis. Niall
hanya diam dan menunduk terlihat dari wajahnya dia merasa sangat
bersalah. Callista ikut diam.
“I’m disappointed” kata Callista yang sudah bisa mengatur emosinya.
Niall hendak memeluk Callista tetapi Callista menghindar. Mata Niall
melebar ia tampaknya sangat kaget.
“Don’t!!” ucap Callista terengah-engah. “Ever meet me again” bentak Callista dan meninggalkan Niall.
“Cal. Callista bangun” sayup-sayup suara terdengar. Callista membuka
matanya. Dia kaget sekali saat melihat Naya. Naya menatapnya bingung.
“Loe kenapa?” tanya Naya khawatir. Callista hanya diam. Naya menyodorkan air mineral pada Callista agar ia lebih tenang.
“Gue mimpi buruk” kata Callista setelah meminum air mineral.
“Mimpi apa?” tanya Naya. Callista memandang Naya menimbang apakah perlu ia menceritakan mimpinya.
“Pokoknya di mimpi gue. Gue berantem hebat sama Niall” kata Callista.
“Mimpi cuman bunga tidur Cal” kata Naya. Callista tahu itu dia meminum kembali air mineral tersebut.
Callista sedang mencari keluarganya yang datang untuk menjemputnya.
Barang bawaan Callista benar-benar banyak sekali. Koper, tas, oleh-oleh
yang dibawanya dan juga boneka teddy bear besar dari Niall. Tiba-tiba
saja ada seseorang yang memanggilnya.
“Callis” teriak seseorang. Callis adalah panggilan dari Naufal dulu.
Callista mencari sumber suara tersebut dan ternyata benar itu Naufal dan
disana lengkap dengan Ayah, Ibu Callista dan juga Natasha. Naufal
menghampiri Callista dan memeluknya erat sekali. Kemudian ia membantunya
membawakan barang bawaannya.
Callista menghampiri ke dua orang tuanya dan memeluknya. Sudah lama ia
tidak bertemu dengan orang tuanya. Callista bahkan menitikkan air mata
saking rindunya pada kedua orang tuanya. Kemudia Callista memeluk
Natasha. Natasha sekarang dia sudah berubah semakin nampak feminim.
Callista benar-benar pusing sekali. Selain karena selama ber jam-jam
perjalan juga karena zona waktu Indonesia dan London yang berbeda cukup
jauh. Callista bahkan sudah tidak peduli lagi jam berapa sekarang. Dia
hanya ingin sampai dirumah dan istirahat.
“Kita pulang aja. Call udah pusing banget” kata Callista terlihat agak pucat.
“Boneka itu dari siapa? Niall?” tanya Naufal saat dimobil. Callista mengangguk. Naufal tidak berkata apa-apa lagi.
“Om, saya turun disini aja” kata Naufal pada ayah Callista. Callista memandang Naufal dengan tatapan bingung.
“Itu depan rumah aku. Lagian kamu butuh istirahat aku gak mau ganggu
kamu” kata Naufal. Callista mengangguk dan tersenyum. Ayah Callista
memberhentikan mobilnya.
Callista telah selesai menaruh barang-barangnya ke kamar. Dia merebahkan
dirinya ditempat tidur. Sudah lama dia tidak tidur disini. Callista
melihat keseliling kamarnya tidak ada yang berubah masih sama dengan
dulu penuh dengan poster 1D. Callista tertawa mengingat semuanya lucu
sekali dulu dia hanya seorang fans tetapi sekarang dia bahkan menjadi
sahabat dan juga orang yang Niall cintai. Callista melihat teddy bear
yang diberikan Niall. Dia mengambil boneka tersebut. Callista
melihat-lihat boneka tersebut. Tak sengaja ada sehelai kertas jatuh.
Sepertinya itu berasal dari boneka tersebut. Callista mengambilnya itu
ternyata sebuah surat dari Niall.
Min mana lanjutannyaa? Penasaraan
BalasHapusyaampun min aku sampe nangis :'(
BalasHapus