Callista’s POV------------------------
London di sini lah Callista berada sekarang. Setelah mengikuti tes-tes
dan akhirnya Callista terpilih untuk ikut pertukaran pelajar di London
selama satu tahun. Betapa tidak bahagia Callista bisa belajar di London.
Negara impiannya. Meskipun dengan terpaksa Callista meninggalkan
Indonesia, keluarga, temen, sahabat, dan termasuk Naufal pacar Callista.
Sebenarnya Naufal ikut pula program pertukaran pelajar tetapi dewi
keberuntungan tidak berpihak padanya, Naufal tidak terpilih untuk ikut
pertukaran pelajar.
Setibanya di London Stansted Airport Callista dan pelajar lain yang
terpilih mengurus kepindahannya. Tetapi sepertinya Callista sudah tidak
bisa menahan untuk buang air kecil. Dia pun permisi kemudian mencari
toilet. Setelah menanyakan kepada petugas bandara disana akhirnya
Callista menemukan juga toilet tersebut.
Callista jadi ingat perkataan ibu Raya “Jangan lebih dari 5 menit
ditoiletnya”. Tetapi dia sudah lebih dari lima menit di toilet. Dia
harus kembali ke tempat tadi kalau tadu dia bisa ditinggalkan rombongan.
Ibu Raya terkenal sekali dengan kedisiplinannya.
Callista berlari menuju tempat asalnya tersebut. Tetapi dia melihat ada
sebuah kerumunan. Apa lagi? Rutuk Callista dalam hati. Callista
menerobos keremunan tersebut dan bug. Dia jatuh terpental karena
menabrak seseorang.
“Ah” erang Callista.
“Sorry, are you okay?” tanya seorang laki-laki yang berambut pirang.
Kemudian laki-laki tersebut mengulurkan tangannya untuk membantu
Callista berdiri. Callista mencoba berdiri tetapi dia tidak bisa
berdiri tegak seperti biasa. Kakinya terkilir.
Tetapi sepertinya Callista mengenal laki-laki ini dan empat orang teman
laki-laki ini. Astaga, orang yang ditabrak Callista adalah Niall Horan.
Empat orang yang berada di belakang Niall adalah Zayn, Louis, Liam dan
Harry. Mimpi apa semalam Callista ini bisa bertemu dengan idolanya
secara tak langsung. Bahkan Niall memegang tangannya.
“I’ve got to go” ucap Callista gugup. Betapa tidak gugup biasanya
Callista bertemu dengan idolanya di layar komputer sekarang bertemu
mereka di dunia nyata. Kemudian meninggalkan idolanya dengan jalan yang
dipaksakan karena kaki kirinya yang terkilir.
“Wait” ucap seseorang dengan aksen Irlandia. Callista berhenti kemudian
menoleh. Niall berlari menghampirinya. Callista menaikkan alis sebelah
kirinya.
“I think you’re not okay” ucap Niall kemudian. Membantu Callista
berjalan. Zayn, Liam, Louis dan Harry mereka hanya tersenyum melihat
Niall kemudian mengikuti Niall dari belakang.
“So, I’m Niall” ucap Niall.
“Yeah, i know. You know you and the boys are my idols” ucap Callista.
“Really?” tanya Niall. Callista hanya mengangguk.
“ So, where I should take you?” tanya Niall.
“There are my entourage” tunjuk Callista.
“I said just 5 minutes” ucap bu Raya ketika melihat Callista.
“Yeah, sorry” ucap Callista.
“We’ve got to go” ucap Niall.
“Thank you Niall and thank you boys”
“Bye” ucap the boys.
“Wait, may i ask your skype?” tanya Niall.
“Sure” ucap Callista merogoh pulpen didalam tasnya kemudian menuliskannya ditangan Niall.
Bu Raya berdehem keras.
“Ok bye” ucap the boys.
Callista sekarang sudah berada dikamar-nya bersama dengan 1 pelajar
lain. Di kamar ini ada 2 tempat tidur. Karena disekolah ini menyediakan
asrama juga jadi semuanya sudah enak.
Callista belum membereskan bajunya ataupun membenahi barang-barangnya.
Sesampainya ia langsung membuka laptop dan membuka skype menanti Niall
Horan untuk meng-add skype-nya. Callista tahu dia masih jetlagged
setelah 8 jam perjalan dari Indonesia menuju Inggris. Tetapi demi Niall
dia melupakan jetlagged-nya dan menunggu Niall meng-add skype-nya.
8 jam sudah Callista menunggu skype-nya. Tetapi Niall masih belum
meng-add skype Callista. Bahkan Callista belum memberitahu orang-orang
di Indonesia bahwa dia sudah sampai di London. Lelah, setelah 8 jam
perjalan dan menunggu selama 8 jam untuk seorang Niall Horan meng-add
skype-nya. Callista memutuskan untuk tidur.
Niall’s POV-------------------
Niall sudah berada didepan laptopnya dia berencana untuk mengadd gadis
yang ditemuinya dibandara. Ketika sudah terlihat halaman skype. Niall
melihat tangan kirinya dan celaka. Tidak ada, tidak ada skype gadis yang
ditemuinya tersebut. Niall yakin sekali gadis itu menuliskannya
ditangan kiri Niall.
Niall jadi ingat, sesampainya dia dirumah dimembuka kulkas dan mengambil
minuman dingin. Sepertinya tinta-nya luntur karena minuman tersebut.
Bagaimana ini? Entah kenapa tetapi Niall menjadi merasa bersalah pada
gadis itu. Niall pun sebenarnya tertarik dengan gadis tadi, yang bahkan
Niall lupa untuk menanyakan namanya.
“God, if she is my mate. Please i want you to unite us” doa Niall pada tuhan.
makasih banyak buat admin yang udah biki dan ngepost cerita ini, aku udah pernah baca cerita ini sebelumnya 2 tahun yang lalu, akku sempet lupa alamat blog ini sampai akhirnya sekarang udah ketemu lagi,im very thankful, this story gimme much spirit :)
BalasHapus