Setelah berminggu-minggu kejadian tersebut Niall masih menyesal karena
dia tidak menyalin skype gadis yang ditemuinya di bandara ke
handphone-nya. Benar kata orang bahwa penyesalan selalu datang belakang.
Sebenarnya Niall penasaran sekali dengan gadis tersebut. Gadis berkulit
kuning langsat, berambut hitam, bermata coklat dan juga tubuh yang
mungil. Dia bukan asli orang UK. Pikir Niall. Niall ingin sekali mencari
gadis tersebut tetapi dia tidak punya banyak waktu untuk mencari bahkan
untuk berlibur untuk diri sendiri saja sudah sedikit waktunya.
“Vas Happenin Nialler?” teriak Zayn.
“Shut up Zayn” ucap Niall.
“What happened Niall?” tanya Zayn.
“Zayn, remember couple weeks ago when we were at airport?” tanya Niall.
“Yeah, a girl hit you then she fell and she gave you her skype” ucap Zayn.
“Right, but Zayn i lost her skype. I don’t why but I miss her Zayn”
“Niall I swear if she is your mate you’ll meet her again” ucap Zayn.
“Thanks Zayn” ucap Niall kemudian memeluk Zayn.
“Yeah, buddy” ucap Zayn sambil menepuk-nepuk punggung Niall. Niall melepaskan pelukannya.
“Zayn, i’m bored. I’ll go out. Wanna join?” ajak Niall.
“Nope Niall. Today I want sleep”
“Yo Zayn. Bye”
Callista’s POV-------------------
Selama berminggu-minggu yang dilakukan Callista hanyalah menyalakan
laptop-nya seusai sekolah atau mengerjakan tugas. Sejujurnya Callista
masih berharap suatu saat ketika dia membuka skype dia menemukan bahwa
Niall menambahkannya sebagai teman. Tetapi setelah berminggu-minggu itu
terjadi juga. Callista mencoba melupakan kejadian dibandara apabila
mengingatnya rasanya sakit sekila. Berharap dan terus berharap.
“Cal kok kamu ngelamun?” tanya seseorang dari layar laptop. Naufal. Pacar Callista.
“Enggak apa-apa kok. Gimana kabar kamu disana?” tanya Callista.
“Baik kok. Cal, aku kangen banget sama kamu coba aja kalau aku kepilih juga. kita enggak bakalan mungkin LDR begini”
“Udahlah Fal. Aku juga sebenernya gak mau LDR begini tapi mau gimana lagi” ucap Callista.
“Cal, aku lupa aku ada tugas kelompok dan harus ke rumah Reza nih” ucap Naufal.
“Lho, tapi di Indonesia udah malem. Ngerjain tugas malem-malem. Kenapa engga dari tadi ini hari minggu?” omel Callista.
“Aduh Cal, tadi emang mau pagi atau siang ngerjainnya tapi Reza ada keperluan jadi aja malem” jelas Naufal.
“Cal, aku off ya bye. I love you”
“I love you too”
Sambungan terputus tidak nampak lagi wajah Naufal dilayar laptop. Callista mematikan laptop-nya.
“Cal, mau ikut engga?” tanya Naya teman sekamarnya.
“Kemana?”
“Jalan-jalan aja, shopping atau apa kek” ucap Naya. Callista nampak sedang berfikir.
“Aduh, nggak usah mikir. Cepet ganti baju” perintah Naya.
“Iya, iya”
Setiap ada toko aksesoris Naya meminta Callista berhenti dan
melihat-lihat aksesoris di toko tersebut. Bukannya Callista tidak mau,
tapi dari tadi setidaknya sudah dari 6 toko aksesoris Naya dan Callista
kunjungi.
“Cal, disana ada toko aksesoris kita liat sana yuk” ajak Naya.
“Nay, gue capek. Kita misah aja deh. Gue juga pengen liat-liat yang lain engga cuman buntutin loe ke toko aksesoris”
“Sorry Cal, gue ke asikan. Kalo gitu kita misah aja deh gimana?” tawar Naya.
“Oke” ucap Callista kemudian meninggalkan Naya.
Setelah berpisah dengan Naya. Callista keliling mall tanpa tahu arah
tujuan. Dia berfikir sebaiknya tadi dia tetap bersama Naya. Dari pada
keliling sendiri begini. Callista melihat sebuah toko pakaian pria. Dia
jadi ingat Naufal. Callista berencana untuk membelikan sebuah jaket pada
Naufal.
30 menit sudah mencari jaket yang sekiranya cocok untuk Naufal tapi
tetap saja belum ada yang cocok menurut Callista. Ketika melihat sebuah
hoodie dengan lambang bendera Inggris cocok sekali untuk Naufal sebagai
oleh-oleh, pikirnya.
“Excuse me I’ll take that hoodie” ucap Callista berbarengan dengan seorang laki-laki.
Laki-laki tersebut memandang ke arah Callista. Callista memandang juga laki-laki tersebut.
“Oh dude, don’t you know ladies first. So the hoodie is mine” ucap Callista.
“No, I’ll take that hoodie” ucap laki-laki tersebut. Callista dan
laki-laki tersebut masih memperubutkan hoodie itu. Sementar penjaganya
menjadi bingung melihat Callista dan laki-laki tersebut memperebutkan
hoodie tersebut. Tetapi ada seorang penjaga yang lain menghampiri
mereka.
“Sorry Ms. And mr. But the hoodie is taken by someone else. Sorry i forgot to save that hoodie. I’m sorry” ucapnya.
“It’s okay” ucap laki-laki itu.
“No problem” ucap Callista sambil meninggalkan toko tersebut.
Capek setelah berkeling-keling menemani Naya dan tadi memperebutkan
sebuah hoodie. Callista memutuskan untuk istirahat. Dia berhenti di
Starbuck dan memesan Green Tea Creme Frapuccino. Callista mengecek
handphone-nya siapa tau keluarga atau teman di Indonesia mengirim pesan
padanya. Ada satu pesan dari mamanya.
Sayang, apa kabar disana?
Baik ma. Gimana kabar mama, papa sama ka Natasha? Balas Callista. Kemudian memasukan kembali handphone-nya ke dalam tasnya.
“May i sit here? the seats are full” ucap seseorang mengagetkan Callista.
“You again? Are you stalk me?” teriak Callista. Orang yang tadi
memperebutkan hoodie bersama Callista. Berambut blonde memakai topi,
kacamata dan hoodie jaket. Gayanya bak selebriti saja. Pikir Callista.
Tanpa menghiraukan teriakan Callista laki-laki tersebut duduk didepan
Callista.
“Do you remember me?” tanya laki-laki itu.
“Of course i just met you” ucap Callista. Sepertinya dia mengenal
laki-laki ini dan pernah bertemu sebelumnya. Laki-laki tersebut nampak
sedang berfikir. Dia kemudian melepas topi dan kacamatanya tidak lama
kemudian memakainya lagi.
“GOSH” teriak Callista.
“Shhhhhh”
“Niall, i never plan that one day. We would meet again” ucap Callista.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar